Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Pragmatis Ala Ten Hag Amankan Langkah MU

7 September 2022   16:45 Diperbarui: 7 September 2022   16:46 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Enam kali tampil, Emyu sudah mengoleksi 20 kartu kuning! Masing-masing empat buah ketika menghadapi Brighton dan Brentford plus masing-masing tiga buah ketika menghadapi Liverpool, Soton, Leicester dan Arsenal. Padahal Brentford dan Soton tidak mendapat kartu sebiji pun ketika bersua Emyu. Sementara Brighton, Liverpool dan Leicester masing-masing diganjar sebiji kartu. Hanya Arsenal yang mendapat tiga kartu kuning ketika bersua Emyu!

Jumlah pelanggaran yang dibuat Emyu juga sangat banyak, dan sangat jomblang dengan lawan-lawan yang dihadapinya. Melawan Brighton statistiknya adalah 14-4 (Emyu melakukan 14 pelanggaran sementara Brighton melakukan 4 pelanggaran. Melawan Brentford statistiknya adalah 15-6. Melawan Liverpool statistiknya adalah 11-7. Melawan Soton statistiknya adalah 14-4. Melawan Leicester statistiknya adalah 15-7, dan melawan Arsenal statistiknya adalah 13-9.

Statistik Emyu ini jelas sangat bertolak belakang dengan pakem bermain Ajax Amsterdam yang sebelumnya diasuh oleh ten Hag sendiri. Yah ujung-ujungnya Emyu ten Hag ini sebelas dua belas dengan Emyu Mourinho dulu. Pakem bermainnya juga sama, pressing ketat sambil cari gol cepat lewat fast break, dan setelah itu amankan hasil!


Tapi ada sedikit perbedaan antara Emyu ten Hag dan Emyu Mourinho. Emyu ten Hag terkesan lebih agresif, tapi cuma tahan untuk 60 menit saja. Di pertengahan babak kedua, penampilan pemain-pemain Emyu ini cenderung melorot. Namun ketika melawan Arsenal penampilan Emyu ini semakin membaik. Bisa saja faktor rivalitas klub dan penonton menjadi pembeda.

Emyu Mourinho itu ibarat "babat jeroan sapi." Liat, alot dan menyebalkan. Apalagi kalau Emyu Mourinho ini sempat unggul dua gol! Penonton pasti akan ngantuk, lalu tertidur pulas dan kemudian bermimpi bertemu dengan Maudy Ayunda. Kalau sudah begini urusannya, maka si penonton tadi pasti akan lupa dengan tujuannya semula untuk menonton sepak bola!

Perlahan tapi pasti ten Hag dan para pemain Emyu mulai menemukan bentuk permainan yang pas buat mereka. Dalam laga melawan Arsenal hal ini terlihat jelas. Bertahan untuk mengamankan hasil keunggulan 3-1, tidak lantas membuat Emyu menerapkan strategi parkir bis ala Mourinho.

Garis pertahanan tidak langsung dipasang rendah, tapi para pemain menerapkan pressing ketat sejak mulai lini tengah dan tidak memberi ruang kepada pemain-pemain Arsenal.


Arsenal memang menguasai pertandingan dengan penguasaan bola hingga 61% dan melepaskan 16 tembakan, tetapi mereka hanya mampu membuat tiga tembakan tepat sasaran berbuah sebuah gol.

Disiplin adalah salah satu kunci kemenangan Emyu kali ini, membuat pemain-pemain Arsenal frustasi. Selain faktor ngotot, disiplin juga memang sudah lama menghilang dari permainan Emyu selama ini.

Pemain (terutama Maguire dan Luke Shaw) sering out of position. Terlalu maju ke depan tapi terlambat mundur ketika terjadi counter attack. Akhirnya gawang de Gea kebobolan. Kalaupun tidak kebobolan, urusannya pasti karena mereka ini terkena kartu, kuning atau merah karena late-tackle atau menarik kaos lawan! Kedua pemain ini pun jarang bisa melakukan tackle bersih, intersep ataupun blocking di depan gawang de Gea.

Duet Varane dengan Martinez sangat disiplin menjaga areanya. Malacia di sektor bek kiri juga lumayan disiplin bertahan. Hanya Dalot yang mau naik menyerang, tetapi ia cepat pula mundur untuk menjaga areanya.

Lini tengah adalah salah satu kunci kesuksesan Emyu. Satu DM (Defensive Midfielder) pada sosok McTominay ternyata lebih efektif bila dibandingkan dengan duet McTominay-Fred atau Pogba-Matic selama ini.

Beruntunglah Emyu bisa mendapatkan seorang Eriksen yang bisa berperan seperti seorang Paul Scholes, legenda Emyu pada masa keemasan Fergie dulu. Eriksen mampu mengatur jalannya pertandingan lewat distribusi bola maupun tempo permainan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun