Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Pragmatis Ala Ten Hag Amankan Langkah MU

7 September 2022   16:45 Diperbarui: 7 September 2022   16:46 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcus Rashford, Sumber : https://cdns.klimg.com/bola.net/library/upload/21/2022/09/645x430/man-united-arsenal-l_03f0fb0.jpg

Jimat Erik ten Hag kembali bertuah kala Manchester United menjinakkan sang tamu, Arsenal dengan skor 3-1 di stadion Old Trafford, Manchester, Senin dini hari kemarin.

Sebiji gol dari pemain debutan, Antony plus sepasang gol dari Rashford membuat penonton dan fan Manchester United bersorak kegirangan. Ini menjadi kemenangan keempat berturut-turut bagi Emyu setelah dalam pertandingan perdana sebelumnya mengalami dua kekalahan berturut-turut.

Pada pertandingan sebelumnya juga Emyu berhasil menjinakkan tuan rumah Leicester City di King Power Stadium, Leicester, Jumat dini hari kemarin. Gol semata wayang Jadon Sancho dari assist Marcus Rasford di menit ke-23 menjadi satu-satunya gol pada pertandingan yang menjemukan itu.

Menjemukan? 

Yah namanya juga fans! Dua pertandingan pertama Emyu bersama ten Hag berakhir dengan kekalahan. Kekalahan kedua Emyu di kandang Brentford terasa menyesakkan. Emyu dicukur empat gol tanpa balas di babak pertama!

Pekan ketiga, Emyu bersua pula dengan musuh bebuyutan, Liverpool yang kebetulan sedang limbung dengan masalah cedera pemain. Namun kali ini jimat ten Hag bertuah, Liverpool akhirnya takluk 2-1 di Old Trafford. Walaupun bermain di kandang sendiri, tapi Emyu sebenarnya sangat menderita karena tertekan, terutama di babak kedua. Penampilan MU sebenarnya terhitung biasa-biasa saja. Namun fans bisa bersukacita, Yang penting Emyu bisa menang dulu.

Pada pertandingan pekan keempat melawan tuan rumah Southampton di Saint Mary Stadium, jimat ten Hag kembali bertuah. Soton takluk 0-1 di kandangnya sendiri. Fans kembali bertepuk tangan. Pertandingannya sih "tipis-tipis aja" tapi gapapa, yang penting Emyu masih bisa menang.

Pertandingan pekan kelima Emyu kembali bersua dengan tuan rumah yang juga menjadi tim djoeroe koentji, Leicester City di King Power Stadium. Bermain "tipis-tipis" juga, jimat ten Hag kembali bertuah untuk menjinakkan tim tuan rumah.

Namun kali ini fans mulai gelisah, gaduh tanpa merana! Sampai kapan penampilan "tipis-tipis" ini akan berakhir? Emyu kenapa menangnya selalu dengan skor tipis!

Penulis sebenarnya bisa memahami situasi ini. Maklum ten Hag masih dalam masa transisi. Gaya permainan di liga Belanda tentunya berbeda dengan liga Inggris yang lebih keras dan cepat. Jadi yang penting saat ini Emyu bisa menang dulu, entah bagaimanapun caranya.

 

Ten Hag tentunya punya konsep tersendiri dengan skema permainan yang diinginkannya. Itulah sebabnya ia ngotot untuk merekut pemain eks Liga Belanda seperti Antony, Tyrell Malacia dan Lisandro Martinez agar ten Hag bisa menerapkan konsep permainannya seperti bersama Ajax dulu.

Apakah pemain-pemain eks Liga Belanda ini bisa memberi dampak instan bagi Emyu?

Setakat kini penampilan Malacia, Martinez plus Antony sebenarnya tergolong biasa-biasa saja. Dalam pertandingan melawan Arsenal kemarin Antony mencetak sebuah gol. Akan tetapi penampilannya tergolong bersahaja, tapi jangan lupa kalau ia masih dalam masa adaptasi.

Bertugas menjaga Bukayo Saka, Malacia benar-benar dibuat tersiksa. Gol Saka juga tidak bisa dihempang. Namun kalau Luke Shaw yang menjadi bek kiri, Saka bisa saja mencetak dua-tiga gol!

Nilai plus dari pemain-pemain eks Liga Belanda ini adalah penampilan ngotot mereka ini yang sepertinya bisa menular ke pemain-pemain Emyu lainnya. "Ngotot" memang kosakata yang sudah lama menghilang dari perbendaharaan Emyu. Yakni sejak "hairdryer opa Fergie" menghilang dari dressing room Emyu.

Penulis mafhum kalau ten Hag tentunya ingin "meng-Ajax-kan" Emyu. Wajar, karena hampir semua pelatih tentunya ingin menerapkan konsep permainannya sendiri ke dalam tim yang sedang ditanganinya.

Namun ten Hag kini sadar, sekalipun Ajax yang sangat hebat di Liga Belanda itu dibawanya bermain di Liga Inggris, belum tentu juga ia mampu membawa MU bermain pada kasta "Liga Malam Jumat" pada musim berikutnya.

Ternyata bukan hanya ManCity, Liverpool, Chelsea, Spurs dan Arsenal saja yang harus diwaspadai. Setelah Emyu "digosok" klub gurem sekelas Brentford dan Brighton, ten Hag akhirnya sadar kalau semua klub di EPL harus diwaspadai.

Namun ada satu pelajaran penting yang dilihat ten Hag dari Emyu, yakni para pemainnya itu "terlalu lembek," kurang ngotot dan "kurang keras" ketika tampil di lapangan.

Entah lah ada orang lain atau fans Emyu sendiri yang memperhatikan penampilan Emyu di musim ini. Bersama ten Hag kini para pemain Emyu cenderung tampil ngotot dan keras. Memang belum ada pemain yang mendapat kartu merah. Akan tetapi pemain Emyu selalu mendapat kartu kuning, sekurangnya tiga buah dalam setiap pertandingan!

Enam kali tampil, Emyu sudah mengoleksi 20 kartu kuning! Masing-masing empat buah ketika menghadapi Brighton dan Brentford plus masing-masing tiga buah ketika menghadapi Liverpool, Soton, Leicester dan Arsenal. Padahal Brentford dan Soton tidak mendapat kartu sebiji pun ketika bersua Emyu. Sementara Brighton, Liverpool dan Leicester masing-masing diganjar sebiji kartu. Hanya Arsenal yang mendapat tiga kartu kuning ketika bersua Emyu!

Jumlah pelanggaran yang dibuat Emyu juga sangat banyak, dan sangat jomblang dengan lawan-lawan yang dihadapinya. Melawan Brighton statistiknya adalah 14-4 (Emyu melakukan 14 pelanggaran sementara Brighton melakukan 4 pelanggaran. Melawan Brentford statistiknya adalah 15-6. Melawan Liverpool statistiknya adalah 11-7. Melawan Soton statistiknya adalah 14-4. Melawan Leicester statistiknya adalah 15-7, dan melawan Arsenal statistiknya adalah 13-9.

Statistik Emyu ini jelas sangat bertolak belakang dengan pakem bermain Ajax Amsterdam yang sebelumnya diasuh oleh ten Hag sendiri. Yah ujung-ujungnya Emyu ten Hag ini sebelas dua belas dengan Emyu Mourinho dulu. Pakem bermainnya juga sama, pressing ketat sambil cari gol cepat lewat fast break, dan setelah itu amankan hasil!


Tapi ada sedikit perbedaan antara Emyu ten Hag dan Emyu Mourinho. Emyu ten Hag terkesan lebih agresif, tapi cuma tahan untuk 60 menit saja. Di pertengahan babak kedua, penampilan pemain-pemain Emyu ini cenderung melorot. Namun ketika melawan Arsenal penampilan Emyu ini semakin membaik. Bisa saja faktor rivalitas klub dan penonton menjadi pembeda.

Emyu Mourinho itu ibarat "babat jeroan sapi." Liat, alot dan menyebalkan. Apalagi kalau Emyu Mourinho ini sempat unggul dua gol! Penonton pasti akan ngantuk, lalu tertidur pulas dan kemudian bermimpi bertemu dengan Maudy Ayunda. Kalau sudah begini urusannya, maka si penonton tadi pasti akan lupa dengan tujuannya semula untuk menonton sepak bola!

Perlahan tapi pasti ten Hag dan para pemain Emyu mulai menemukan bentuk permainan yang pas buat mereka. Dalam laga melawan Arsenal hal ini terlihat jelas. Bertahan untuk mengamankan hasil keunggulan 3-1, tidak lantas membuat Emyu menerapkan strategi parkir bis ala Mourinho.

Garis pertahanan tidak langsung dipasang rendah, tapi para pemain menerapkan pressing ketat sejak mulai lini tengah dan tidak memberi ruang kepada pemain-pemain Arsenal.

Arsenal memang menguasai pertandingan dengan penguasaan bola hingga 61% dan melepaskan 16 tembakan, tetapi mereka hanya mampu membuat tiga tembakan tepat sasaran berbuah sebuah gol.

Disiplin adalah salah satu kunci kemenangan Emyu kali ini, membuat pemain-pemain Arsenal frustasi. Selain faktor ngotot, disiplin juga memang sudah lama menghilang dari permainan Emyu selama ini.

Pemain (terutama Maguire dan Luke Shaw) sering out of position. Terlalu maju ke depan tapi terlambat mundur ketika terjadi counter attack. Akhirnya gawang de Gea kebobolan. Kalaupun tidak kebobolan, urusannya pasti karena mereka ini terkena kartu, kuning atau merah karena late-tackle atau menarik kaos lawan! Kedua pemain ini pun jarang bisa melakukan tackle bersih, intersep ataupun blocking di depan gawang de Gea.

Duet Varane dengan Martinez sangat disiplin menjaga areanya. Malacia di sektor bek kiri juga lumayan disiplin bertahan. Hanya Dalot yang mau naik menyerang, tetapi ia cepat pula mundur untuk menjaga areanya.

Lini tengah adalah salah satu kunci kesuksesan Emyu. Satu DM (Defensive Midfielder) pada sosok McTominay ternyata lebih efektif bila dibandingkan dengan duet McTominay-Fred atau Pogba-Matic selama ini.

Beruntunglah Emyu bisa mendapatkan seorang Eriksen yang bisa berperan seperti seorang Paul Scholes, legenda Emyu pada masa keemasan Fergie dulu. Eriksen mampu mengatur jalannya pertandingan lewat distribusi bola maupun tempo permainan.

Awalnya kehadiran Eriksen ini dirasa ambigu karena sebelumnya sudah ada sosok Bruno Fernandes. Akan tetapi itulah hebatnya ten Hag, ia malah menduetkan keduanya dalam satu pertandingan!

Menghadapi lawan yang cenderung ofensif, Eriksen-Fernandes cenderung turun sedikit untuk mengontrol permainan dan memutus serangan lawan. Namun ketika nantinya melawan tim yang cenderung defensif, maka peran duet ini sangat besar untuk membongkar pertahanan lawan lewat passing maupun gerakan tanpa bola mereka ini. Selain itu duet ini juga dibekali dengan tendangan "geledek" akurat dari luar kotak penalti.

Last but not least adalah tim penyerang yang diisi oleh Rashford, Sancho, Elanga dan kini Antony. Mereka ini bukanlah seperti tipikal penyerang ManCity, Liverpool, Chelsea atau Arsenal misalnya yang terus berusaha membombardir pertahanan lawan. Bukannya tidak bisa, tetapi mereka ini cenderung bermain lebih "flamboyant" sesuai dengan strategi ten Hag.

Antony, sumber : https://t-2.tstatic.net/kalteng/foto/bank/images/antony-man-united.jpg
Antony, sumber : https://t-2.tstatic.net/kalteng/foto/bank/images/antony-man-united.jpg

Tugas utama mereka adalah menahan laju para bek dan gelandang bertahan lawan agar tidak naik membantu serangan, sembari mencari celah untuk melakukan serangan cepat.

Peran Rashford di sini sangat besar. Banyak pengamat yang mengatakan kalau Rashford ini "pemain malas dan kerjanya cuma jogging saja." Selintas itu memang betul adanya.

Akan tetapi coba berikan ia bola terobosan dalam skema fast break, maka ia akan membuatnya menjadi gol atau asis! Dua gol ke gawang Arsenal adalah buktinya. Bahkan dua golnya ke gawang Liverpool empat tahun lalu juga begitu! Itu adalah trade-mark dari seorang Rashford. "Malas tapi efektif!"  

Sejatinya Rashford adalah seorang penyerang sayap (terutama kiri) Akan tetapi ia rupanya lebih menyukai umpan terobosan yang membelah di antara pemain lawan daripada mendapat crossing.

Ten Hag kemudian menaruh Rashford sebagai penyerang tengah. Apalagi ada Eriksen-Fernandes yang memang piawai untuk memberikan umpan terobosan yang membelah di antara pemain lawan.

Beruntunglah ten Hag memiliki Eriksen-Fernandes plus McTominay yang siap melakukan "pekerjaan kotor" demi mengamankan lini belakang. Namun ten Hag harus hati-hati. McTominay sudah mendapat empat kartu kuning dari enam pertandingan. Satu kartu lagi, maka ia harus out dari pertandingan.

                                            

Yah, jalannya kompetisi masih panjang. Ada 38 laga yang harus dijalani, sementara ini masih pekan ke-6. Jadi masih banyak hal yang bisa saja terjadi. Seperti kata Kakek Sugiono dalam filmnya yang berjudul, Goyang Walangsangit di Osaka, "Hari masih pagi dan tali kimono juga belum dilepas, jadi penonton harap bersabar dulu, gak usah pakai tahan nafas segala ya. Kimochi, Arigatou Gozaimasu."

Salam sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun