Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hoping to Be Part of You (Bagian II)

16 April 2021   17:12 Diperbarui: 16 April 2021   17:25 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/chokky/

Kabut tipis masih memeluk Kawasan Puncak di pagi hari ceria, diiringi nyanyian burung-burung di atas pohon. Hendra dan Mitha duduk bersebelahan menikmati secangkir kopi pahit pada meja makan yang terbuat dari kayu jati itu. Melalui jendela kaca bening, mereka dapat menjelajahi pemandangan indah saat sinar mentari pagi berusaha mengusir kabut tipis yang enggan melepaskan pelukan eratnya pada permukaan bumi.

Sudah setengah jam mereka hanya duduk terpaku saja tanpa suara menatap pemandangan di luar. Sesekali pandangan mata mereka beradu. Pada momen itu biasanya mereka akan mengeluarkan senyum manis terbaik mereka. Sesekali jari jemari mereka bertautan di atas meja, saling meremas lembut, tanpa sepatah kata pun terucap. Pada saat-saat seperti ini terkadang bahasa non-verbal justru lebih afdol dipakai dalam berkomunikasi.

***

Mitha kemudian memutar balik perjalanan hidupnya yang tidak pernah diketahui orang lain, bahkan oleh Hendra sendiri. Hanya Randy yang mengenal dirinya dengan baik.

Terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan dokter, Mitha kemudian mengikuti jejak mamanya untuk menjadi seorang dokter spesialis Jiwa. Papanya sendiri seorang dokter Bedah Plastik. Kedua orang tuanya berpisah ketika ia berumur 17 tahun. Mitha kemudian tinggal bersama mamanya.

Kehilangan figur ayah membuat Mitha menjadi labil dan tidak percaya diri. Untunglah ada pacarnya, Randy yang selalu mendukungnya. Sama seperti Mitha, Randy lahir dari pasangan dokter yang juga adalah sahabat Papa dan Mama Mitha sendiri. Tetapi Randy beruntung lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang hangat dan memberi kebebasan bagi pilihan anaknya.

Randy sendiri kuliah di IKJ yang setiap harinya bergelut dengan dunia teater. Mitha juga sebenarnya ingin kuliah di IKJ karena ia sangat tertarik akan sinematografi. Akan tetapi papa dan mamanya tidak mendukungnya.

Awalnya Mitha ogah-ogahan kuliah di kedokteran. Namun Randy selalu hadir memotivasinya. Berkat dukungan Randy, Mitha akhirnya bisa juga menyelesaikan pendidikannya. Bahkan kini Mitha sangat menyukai profesi dokter ini.

Namun kebahagiaan Mitha tak berlangsung lama. Pada hari kelulusannya, dimana ia ingin merayakannya bersama Randy, justru pada hari itu pula Randy berangkat ke Amerika dan memutuskan untuk tinggal di sana. Memang impian terbesar Randy sejak kecil adalah tampil di pentas Broadway.

Mitha akhirnya sadar, kalau ia ternyata tidak termasuk dalam rencana hidup Randy! Bahkan belakangan ia baru tahu kalau papanya rupanya membuat perjanjian dengan Randy. Kalau Randy bisa membantu Mitha menyelesaikan sekolahnya, maka papa Mitha akan membiayai proyek teater Randy!

Sejak itu, Mitha kemudian akrab dengan air mata dan obat penenang. Hanya karena rasa ego yang tinggilah yang membuatnya bisa bertahan hidup.

***

Hendra adalah kebalikan Randy! Hendra terlalu biasa dan mainstream. Setelah dua kali berpindah jurusan, Hendra akhirnya lulus, dan menjadi seorang akuntan. S2-nya gagal diselesaikan di Belanda karena ia tidak tahan dengan udara dingin. Kalau Randy terlihat sangat percaya diri dengan penampilannya, maka Hendra justru sebaliknya.

 Namun ada "sesuatu" yang dimiliki Hendra tapi tak dimiliki Randy. Hendra itu orang yang hangat, sabar dan penuh perhatian. Sama seperti Mitha, Hendra juga anak broken home yang dibesarkan oleh tantenya. Kehangatan dan perhatian itu selalu terlihat pada sosok Hendra, karena itu jugalah yang selalu dirindukannya, tetapi tidak pernah didapatkannya dari orang lain, bahkan dari seorang Mitha!

Kehadiran Hendra kemudian mampu membuat Mitha melupakan Randy. "Tidak ada yang salah dan aneh" bersama dengan Hendra. Kalau Randy selalu sibuk dengan teori atau aturan-aturan, maka hal itu tidak berlaku bagi Hendra.

Ketika galau, Mitha terkadang mengajak Hendra pergi ke Puncak di tengah malam lalu pulang subuh harinya. Biasanya mereka tidak banyak berbicara. Hanya keheningan yang menemani perjalanan mereka. Dini hari biasanya Mitha sudah ceria. Setelah sarapan, mereka lalu pulang ke rumah. Mitha akhirnya menyukai sosok nyentrik Hendra.

Pada suatu kali Mitha bertemu dengan Randy di sebuah super market di Jakarta. Perjumpaan secara tidak sengaja itu membuat Mitha terkejut. Randy terlihat depresi dengan penampilan lusuh. Rupanya Randy di-ghosting pacarnya di Amerika empat bulan lalu.

Diputus pacar dan tekanan pekerjaan di Amerika kemudian membuat Randy menangis sesunggukan di pelukan Mitha. Belum pernah sebelumnya "pria sempurna" ini menangis seperti anak kecil.

Mitha yang ternyata masih menyimpan rasa cinta kepada Randy ini merasa iba. Mitha kemudian teringat kepada semua dukungan yang selalu diberikan Randy kepadanya selama ini.

Mitha sendiri hampir tidak percaya melihat Randy yang dulunya tampak begitu pede, bahkan terkesan sedikit arogan itu, kini terlihat rapuh dan letoy. Justru pada saat-saat seperti inilah Randy sebenarnya butuh dukungan sepenuhnya dari orang yang ada di dekatnya.

Ini mungkin waktu yang tepat "untuk membalas," mungkin dalam hal baik atau buruk, atau kombinasi keduanya! Mitha kemudian meninggalkan semuanya begitu saja, termasuk Hendra, lalu pergi ke Amerika untuk "mendukung" Randy sepenuhnya!

Akan tetapi nasib tidak berpihak kepada mereka. Sekali lagi Mitha mendapati, bahwa ia rupanya tidak pernah masuk dalam rencana hidup Randy! Dan Randy ternyata tidak sehebat yang mereka duga. Ketika hasil yang dicapai ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi, maka hasilnya adalah tragedi. Randy lalu bunuh diri!

Kini rasa sesal yang sangat hebat meremukkan kejiwaan Mitha yang lemah. Realita dan Ilusi menjadi susah dibedakan. Mitha kemudian kehilangan dua lelaki yang selalu hadir mengisi hatinya.

Randy pergi untuk tidak pernah kembali lagi. Hendra pasti tidak akan pernah memaafkannya ketika di-ghosting dan ditinggalkan begitu saja. Bahkan kini ia mendengar kalau Hendra telah kehilangan "dirinya sendiri." Betapa jahatnya perbuatannya kepada lelaki yang baru saja disadarinya sebagai satu-satunya orang yang sangat mencintainya setulus hati itu.

Mitha menyadari jatuh cinta kepada Hendra justru saat mereka terpisah jauh! Setiap malam Mitha tak bisa melupakan wajah Hendra dan momen-momen ketika mereka menghabiskan waktu bersama. Rasa rindu yang tak tertahankan sering membuatnya menangis. Hal mana kemudian sering menimbulkan pertengkaran dengan Randy.

Terkadang Mitha ingin pulang saja. Namun posisi mereka kini terbalik. Randy sangat membutuhkan dukungan, sama seperti ketika ia dulu tergantung kepada Randy. Kalau ditinggalkan sendiri, mungkin Randy akan bunuh diri!

Ah, betapa baiknya Hendra kepadanya. Dulu Mitha pernah memaksa Hendra liburan bersamanya selama empat hari di Bali. Seminggu kemudian, Hendra pindah kantor ke kawasan Kuningan. Ternyata Hendra dipecat bos-nya gara-gara tetap nekat pergi ke Bali walaupun tidak diberi izin! 

Ketika itu Hendra santay saja menanggapinya dengan tertawa, "Bos baru lebih asik, gak cerewet." Ah, Hendra, semuanya selalu terlihat sederhana baginya.

***

Sudah satu jam mereka duduk tanpa suara. Dua jam lagi juga akan begitu selama Mitha tidak ingin berbicara. Sejak dulupun Hendra tidak pernah bertanya kenapa mereka harus diam saja. Ia malah ikut terhanyut menikmati keheningan itu. "silence is golden," bisiknya kepada nyamuk yang berdengung di sekitar telinganya.

Mitha kemudian berdiri dan memeluk erat Hendra seperti tidak ingin melepaskannya. Ia lalu berbisik di telinga Hendra, "Sayang aku tau, kamu tidak akan pernah meninggalkanku. kamu juga harus tau kalau aku selalu sayang sama kamu, jadi jangan pernah sekalipun membiarkanku pergi darimu karena itu akan menyakiti kita berdua" Kini suara Mitha berubah menjadi jeritan yang menyayat hati disertai air mata yang turun menderas...

(Selesai)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun