Setelah Mitha putus dari Hendra, Mitha dan Randy kemudian mencoba peruntungan mereka sekali lagi di Amerika. Namun hubungan itu berakhir tragis. Setahun lalu, Randy bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri dengan sebuah pistol. Mitha kemudian kembali ke Jakarta dalam keadaan depresi berat!
Ah, betapa kejamnya cinta. Betapa berat akibat yang ditimbulkan cinta itu kepada orang-orang yang pernah "mencumbunya." Apakah yang akan dilakukan Hendra sekarang? Hendra Jelas tidak bisa melupakan bayangan masa lalunya bersama Mitha. Setelah melihat wajah Mitha tadi, Hendra sadar kalau ia sebenarnya tidak akan mampu move-on dari Mitha. Ia sepertinya tidak akan bisa jatuh hati lagi kepada orang lain karena ia tidak punya hati lagi. Hati itu sudah lama dibawa pergi oleh Mitha.
Beranikah ia mencobanya sekali lagi, justru ketika luka lama itu pun belum kunjung sembuh? Bisakah "orang mati" terbunuh lagi? Bisakah orang kurang waras patah hati lalu menjadi tak waras?
Seandainya usaha Hendra itu mengalami kegagalan lagi, maka risiko terbesar yang harus dihadapi orang kurang waras seperti Hendra hanya satu, yaitu menjadi waras betulan!
***
Sabtu sore yang cerah itu Hendra kemudian menelfon Mitha, "Hai, selamat sore dok, apa kabar?"
"Selamat sore. Baik mas. Eh, mas sendiri gimana kabarnya?"
"Baik dok. Mmm saya punya cerita tentang seseorang yang pahanya terkena gerinda, apakah dokter mau mendengarnya?
"Oh gitu, sepertinya pernah dengar ceritanya, tapi sekarangpun saya masih mau mendengarnya juga."
"Hmmm gimana kalau sekiranya saya datang ke rumah dokter untuk menceritakannya secara langsung?"
"Wah ide bagus tuh, sekalian tolong bawakan martabak ya mas."