Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siti Zubaidah (Bagian 2)

12 Februari 2021   02:35 Diperbarui: 12 Februari 2021   02:36 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/kozhinf

Tamat SMA, Henry kemudian berhasil masuk ke fakultas Kedokteran. Mamanya sangat bangga akan hal tersebut. Kalau Henry nanti berhasil menjadi dokter tentulah dia akan mampu mengangkat martabat keluarga mereka.

Walaupun tidak kaya, tentulah tetangga dan komunitas Tionghoa di tempat mereka itu tidak akan memandang rendah lagi kepada keluarga mereka.

Henry awalnya ragu masuk ke fakultas Kedokteran mengingat biaya kuliah yang sangat mahal. Henry juga sebenarnya diterima di fakultas Ekonomi jurusan akutansi. Jadi Henry tadinya ingin memilih akutansi saja. Selain waktu perkuliahan lebih cepat, biaya kuliahnya juga lebih murah.

Akan tetapi mamanya bersikeras agar Henry masuk fakultas Kedokteran saja. Apalagi dari garis keturunan papanya itu belum pernah ada yang berhasil menjadi dokter. Dengan berat hati, Henry akhirnya memilih fakultas Kedokteran juga.

Namun sebaliknya, papanya tidak mendukung Henry masuk fakultas Kedokteran. Menurut papanya Henry hanya buang-buang duit saja, apalagi masa perkuliahan di fakultas Kedokteran plus koskapnya itu sangat lama.

Menurut papanya lagi, Henry lebih baik bekerja menjadi kasir di sebuah bengkel temannya. Selain kerjanya gampang, Henry bisa dapat duit setiap bulan. 

Tapi sang mama selalu memberi semangat agar Henry tetap berjuang untuk menjadi seorang dokter.

Setahun berkuliah, Henry terpaksa harus membiayai sendiri biaya kuliah dan kosannya di Medan. Henry kemudian bekerja sambilan sebagai teknisi komputer disela-sela waktu lowong perkuliahan.

Henry rupanya tak sanggup lagi mendengar ocehan papanya yang selalu protes kepada mamanya perihal biaya hidup dan perkuliahan Henry di Medan. Sepertinya papanya memang tidak pernah ikhlas kalau mamanya membiayai perkuliahnya itu.

Henry hanya bisa membatin. Jadwal perkuliahan dan praktikum saja sudah menyita waktu sampai sore hari. Jadi waktu yang tersedia untuk bekerja praktis hanya malam hari saja. Padahal tidak semua customer mau menunggu perbaikan komputer mereka hingga malam hari.

Kini rutinitas hidup Henry hanya di seputaran kampus dan perbaikan komputer saja. Pagi kuliah, siang memperbaiki komputer. Sorenya praktikum (kalau ada) lalu lanjut lagi memperbaiki komputer hingga malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun