Hidup adalah perjuangan dan itulah sebabnya kita berjuang agar tetap hidup. Penulis sebagai orangtua juga memiliki anak yang masih bersekolah. Tetapi sejak awal sudah menetapkan tidak akan ada sekolah tatap kelas.Â
Bahkan kalau perlu anak cuti dulu setahun atau bahkan dua tahun, jika kondisinya belum memungkinkan. Lalu apa yang akan dilakukan anak itu? Yah bersenang-senang! Sebab selain belajar tugas anak itu adalah bersenang-senang, agar mereka bisa mensyukuri hidup ini.
Terkait kurikulum. Orangtua, guru dan sekolah yang lebih paham apa yang terbaik buat pendidikan sang anak karena mereka jugalah yang lebih mengetahui situasi dan kondisinya, bukan Mendikbud.
Tidak usah kita merepotkan orang lain termasuk Mendikbud untuk kepentingan anak kita sendiri, sebab mereka itupun mungkin tidak perduli sebenarnya kepada anak-anak kita.
Dalam situasi begini, Kesehatan (hidup) adalah prioritas utama, baru selanjutnya pendidikan. Oleh karena itu tak ada salahnya orangtua, guru dan sekolah rembukan untuk mencari metode pendidikan yang pas buat anak.
Akhir kata, penulis merasa surat ibu Retno sebagai seorang Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini tidak ada manfaatnya sama sekali bagi kepentingan pendidikan anak penulis maupun anak-anak lainnya. Selain tendensius, membuat kegaduhan juga terkesan caper (cari perhatian) saja.
Wassalam
Reinhard Freddy hutabarat
Referensi,
pajakku.com
tirto.id
kajianpustaka.com
hslda.org
docplayer.info