Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Hidup Mengajarkan Sabar Lewat Peran Caregiver

20 September 2025   15:47 Diperbarui: 20 September 2025   15:47 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peran Caregiver dalam  merawat pasien | www.insanmedika.com

Pernahkah kamu mendampingi orang terdekat yang mengalami demensia, stroke, atau penyakit kronis lainnya? Kalau iya, mungkin kamu tahu persis betapa peran caregiver itu tidak pernah sesederhana kata "merawat". Bagi banyak orang, menjadi pendamping adalah perjalanan panjang yang menguji kesabaran, mengasah keikhlasan, sekaligus menuntut kekuatan fisik dan mental di atas rata-rata.

Saya pernah berbincang dengan seorang teman yang selama bertahun-tahun merawat ibunya yang terkena Alzheimer. Ia bercerita, hampir setiap hari ibunya mengulang pertanyaan yang sama: "Ini hari apa?" atau "Kamu siapa?" Pada awalnya, ia menjawab dengan penuh kesabaran. Tapi lama-lama, rasa jenuh datang juga. "Kadang aku ingin berteriak, tapi kemudian aku sadar: yang aku hadapi bukan ibuku yang dulu, melainkan penyakit yang perlahan merenggut memorinya," katanya. Dari cerita itu, saya belajar bahwa menjadi caregiver memang butuh lebih dari sekadar niat baik---dibutuhkan hati yang luas.

Menjadi caregiver sering kali berarti kita harus siap hidup dengan ritme yang berbeda. Bangun tengah malam karena pasien gelisah, menyiapkan makanan khusus, memastikan obat diminum tepat waktu, sampai urusan sepele seperti membantu ke kamar mandi. Aktivitas ini tentu menguras energi.

Namun, yang paling berat sebenarnya bukan hanya fisik, melainkan mental. Bayangkan ketika orang yang dulu kita kenal penuh energi kini terbaring lemah. Atau ketika orang yang biasanya bisa diandalkan, tiba-tiba harus bergantung sepenuhnya pada kita. Ada rasa kehilangan, ada rasa marah, bahkan kadang muncul rasa bersalah karena merasa lelah. Kondisi ini oleh para psikolog disebut sebagai caregiver burnout---kelelahan emosional yang muncul akibat tekanan merawat dalam jangka panjang.

Meski berat, menjadi caregiver bukan hanya tentang air mata. Ada pula momen-momen kecil yang bisa jadi penguat. Seorang teman lain pernah bercerita, ia merawat ayahnya yang terkena stroke. Setiap kali ia berhasil mengajarkan gerakan sederhana seperti menggenggam sendok kembali, ada rasa bahagia luar biasa. "Rasanya kayak menang undian," katanya sambil tertawa.

Di sinilah paradoks peran caregiver: di antara kelelahan yang luar biasa, ada kebahagiaan sederhana yang muncul dari hal-hal kecil. Sebuah senyum, sapaan lembut, atau sekadar genggaman tangan bisa menjadi hadiah berharga yang menghapus penat.

Sayangnya, di Indonesia peran caregiver sering dianggap hal yang biasa, bahkan kewajiban. Akibatnya, banyak pendamping yang bekerja dalam senyap, tanpa ruang untuk mengeluh. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial adalah faktor kunci untuk menjaga kesehatan mental seorang caregiver.

Itulah mengapa komunitas pendamping pasien sangat penting. Di beberapa kota, sudah ada kelompok dukungan keluarga pasien Alzheimer, kanker, maupun stroke. Di sana, caregiver bisa berbagi cerita, saling menguatkan, bahkan sekadar tertawa bersama. Hal kecil seperti ini bisa menjadi energi baru agar tidak merasa sendirian.

Kalau dipikir-pikir, menjadi caregiver memang seperti sekolah kehidupan. Kita dipaksa belajar sabar menghadapi pertanyaan yang sama berulang-ulang. Kita belajar ikhlas menerima bahwa orang yang kita sayangi tak lagi sama seperti dulu. Dan kita belajar kuat, meski kadang hati ingin menyerah.

Bagi yang pernah menjalaninya, peran ini bisa menjadi pengalaman yang mengubah cara pandang hidup. Kita jadi lebih menghargai kesehatan, lebih sadar akan pentingnya kasih sayang, dan lebih peka terhadap kelemahan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun