Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pertanian Holistik dan Terintegrasi: Kunci Ketahanan Pangan di Masa Depan

19 Agustus 2025   11:07 Diperbarui: 19 Agustus 2025   11:07 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinau Bareng Pertanian bersama Dekan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta| dok.pri.

Digitalisasi ini juga bisa memperkuat koperasi tani modern. Alih-alih menjual gabah ke tengkulak, petani bisa mengelola gudang penyimpanan bersama, menjual lewat platform daring, bahkan mengatur harga secara kolektif.

Sinau Bareng Pertanian bersama PCNU Sleman Yogyakarta, Magelang dan Klaten | dok.pri.
Sinau Bareng Pertanian bersama PCNU Sleman Yogyakarta, Magelang dan Klaten | dok.pri.

Regenerasi Petani

Tantangan besar kita adalah regenerasi petani. Usia petani Indonesia makin menua, sementara anak muda lebih suka merantau ke kota. Pertanian holistik dan terintegrasi bisa jadi daya tarik baru. Kalau bertani tak lagi sekadar mencangkul, tapi juga mengelola aplikasi, merancang sistem hidroponik, atau mengatur distribusi lewat startup, siapa bilang jadi petani tidak keren?

Bahkan, peluang bisnis terbuka luas: agrowisata, produk organik premium, hingga ekspor sayuran tropis ke negara-negara yang lahannya terbatas. Petani muda bisa jadi agropreneur, bukan sekadar buruh tani.

Penutup

Ketahanan pangan tidak lahir dari slogan, tapi dari sistem yang nyata: bagaimana tanah, air, ternak, tanaman, energi, dan manusia bisa saling menopang. Pertanian holistik dan terintegrasi adalah kunci yang menyatukan semua itu.

Mungkin terdengar idealis, tapi bukankah masa depan memang harus direncanakan dengan idealisme? Kalau tidak, kita hanya akan jadi penonton di negeri sendiri, bergantung pada impor pangan, dan mudah rapuh menghadapi krisis global.

Sudah saatnya kita beralih dari pola "bertani sendiri-sendiri" ke pola "bertani bersama dalam ekosistem". Karena sejatinya, ketahanan pangan bukan hanya soal perut kenyang hari ini, tapi soal keberlanjutan hidup generasi yang akan datang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun