Kemarin, (18/8/2025) Penulis selaku Ketua BUMA PC GP Ansor Bojonegoro berkesempatan mengikuti sinau bareng pertanian bersama rombongan Pengurus PCNU Bojonegoro dan PC GP Ansor Bojonegoro yang di fasilitasi oleh Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan GIGA Show Yogyakarta, berikut catatan singkat yang dapat kami ceritakan.
Bayangkan sebuah desa di mana sawah, kebun, kolam ikan, peternakan, hingga biogas saling terhubung seperti satu ekosistem hidup. Limbah ternak tidak terbuang, tapi jadi pupuk organik. Jerami padi tidak dibakar, tapi dipakai untuk pakan sapi. Air dari kolam ikan dipakai menyuburkan tanaman, sementara dedaunan dari kebun kembali jadi pakan ikan. Semuanya menyatu, saling menghidupi, saling menopang. Inilah yang disebut pertanian holistik dan terintegrasi---sebuah konsep lama yang kini makin relevan sebagai kunci ketahanan pangan masa depan.
Dari Pangan ke Ketahanan Pangan
Indonesia sering disebut negeri agraris. Sayangnya, fakta di lapangan kadang bikin kita geleng-geleng kepala. Produksi pangan memang besar, tapi distribusinya kacau. Petani panen raya, harga anjlok. Di sisi lain, masyarakat kota harus bayar mahal untuk bahan makanan.
Ketahanan pangan bukan sekadar soal tersedianya beras atau jagung, tapi bagaimana sistem pertanian bisa menjamin akses, keterjangkauan, keberlanjutan, dan kualitas gizi. Nah, pertanian holistik dan terintegrasi hadir sebagai jawaban: bukan hanya menanam, tapi mengelola seluruh ekosistem pangan dengan cara yang cerdas.
Holistik: Melihat Pertanian sebagai Ekosistem
Pertanian holistik berarti memandang pertanian bukan sekadar "menanam padi dan memanen gabah", melainkan melihat keseluruhan sistem: tanah, air, udara, manusia, pasar, hingga lingkungan sosial. Dalam pendekatan ini, tanah dianggap organisme hidup yang harus dijaga kesuburannya, bukan sekadar media tanam yang bisa dieksploitasi.
Contohnya, praktik agroekologi yang menggabungkan tanaman, ternak, dan hutan kecil (agroforestri) bukan hanya menghasilkan pangan, tapi juga menjaga iklim mikro, mengurangi erosi, dan memperbaiki kualitas tanah. Jadi, petani bukan hanya "produsen pangan", tapi juga "penjaga ekosistem".
Terintegrasi: Menghubungkan Sumber Daya