Selain itu, tren ini juga mencerminkan bagaimana media sosial mengubah cara kita mengonsumsi informasi. Orang-orang semakin menyukai konten yang cepat, ringan, dan menghibur. Keseriusan semakin ditinggalkan, digantikan oleh selera humor yang semakin absurd.
Makna Psikologis: Humor Sebagai Pelepasan Stres
Dari sisi psikologis, fenomena ini menunjukkan bahwa manusia butuh mekanisme coping untuk menghadapi tekanan hidup. Dalam situasi dunia yang semakin kompleks—mulai dari tekanan ekonomi, perubahan sosial, hingga ketidakpastian global—konten-konten seperti ini memberikan hiburan instan yang melegakan.
Konsep ini sejalan dengan teori humor dalam psikologi, khususnya teori relief (Relief Theory) yang dikemukakan Sigmund Freud. Humor membantu kita melepaskan ketegangan emosional dan mengatasi kecemasan. Semakin absurd dan tidak masuk akal sebuah lelucon, semakin besar efek pelepasannya.
Selain itu, tren ini juga berkaitan dengan fenomena "doomscrolling," di mana orang terus-menerus mengonsumsi berita negatif. Meme seperti "ikan hiu makan tomat" menjadi antidot bagi siklus berita yang melelahkan, memberikan jeda humor dari realitas yang sering kali berat.
Makna Akademis: Kajian Meme dan Dampak Digital
Dari sudut pandang akademis, tren ini menambah daftar panjang fenomena digital yang layak dikaji lebih lanjut. Studi tentang meme, yang dikenal sebagai memetics, telah berkembang sebagai bagian dari kajian media dan budaya populer. Meme tidak lagi sekadar hiburan, tetapi juga alat komunikasi, kritik sosial, bahkan propaganda politik.
Dalam konteks ini, tren seperti "ikan hiu makan tomat" bisa dilihat sebagai bagian dari ekologi digital yang lebih luas. Ia menggambarkan bagaimana manusia semakin bergantung pada budaya internet dalam membentuk persepsi mereka terhadap dunia. Bahkan, beberapa peneliti berargumen bahwa meme memiliki potensi untuk memengaruhi pola pikir dan perilaku, baik dalam konteks humor maupun dalam isu-isu yang lebih serius.
Kesimpulan: Hiburan, Identitas, dan Refleksi Zaman
Tren seperti "ikan hiu makan tomat" hingga "ubur-ubur ikan lele" bukan hanya lelucon semata. Ia adalah refleksi dari berbagai aspek kehidupan digital, mulai dari absurditas filsafat, dinamika sosial, psikologi humor, hingga kajian akademis tentang budaya internet.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh tekanan, manusia selalu mencari cara untuk tertawa. Humor absurd adalah salah satu mekanisme yang paling efektif dalam menghadapi realitas yang kadang sulit dipahami.