Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berbagi Suami

10 Januari 2020   17:59 Diperbarui: 10 Januari 2020   18:03 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu waktu, Sang Kapten sampai di sebuah pelabuhan. Ini kesempatan bagi Sang Kapten untuk menambah perbekalan dan memperbaiki kapal kecilnya. Selepas dari Badai tempo hari di kisah "Nakhoda, Selamatkan Kapalmu", Sang Kapten jauh lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Termasuk juga keputusan untuk menyiapkan perbekalan dan semua hal yang berpengaruh kepada kehidupan mereka berikutnya. Jadi Sang Kapten menyerahkan semua urusan belanja perbekalan kepada istrinya.

Saat Sang Istri sedang asyik berbelanja, tiba-tiba datang seorang wanita menghampirinya.

"Maaf, Ibu yang bersama kapten itu?"

"Iya, saya juru mudi, juru masak dan semua juru dalam kapal kami," jawab Sang Istri diplomatis sambil memperhatikan wanita yang berada di depannya dengan penuh waspada.

"Saya bermaksud menumpang kapal kalian. Sepertinya kita satu tujuan. Tadi saya sudah  berbicara kepada Kapten untuk diperbolehkan ikut. Kapten meminta saya untuk meminta ijin kepada....." Si wanita tidak meneruskan kalimatnya.

"Oh panggil saya Kakak saja. Saya  lebih tua dari Mbak ya."

"Baik Kakak."

"Maaf, saya tidak bisa mengijinkan untuk menumpang di kapal kami."

"Tetapi kita kan satu tujuan. Kita bisa saling membantu selama dalam perjalanan." Si wanita tampak mengiba. Dia berbicara dengan penuh harap.

"Iya. Tetapi kapal kami terlalu kecil untuk dinaiki penumpang baru."

"Kakak, Kapten setuju kalau Kakak setuju. Kapal Kakak juga cukup besar dan kuat."

"Kapal ini memang kuat, tetapi hati saya yang tidak kuat untuk berbagi tempat. Maafkan saya."

Si wanita akhirnya berlalu dari hadapan Sang Istri. 

Sang istri tidak mau memberikan tempat kepada wanita lain karena dia tidak ingin ada orang lain dalam kehidupan kapalnya. Dia juga tidak begitu mengenal si wanita. Banyak pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Bagaimana bila dia jahat dan tidak tulus membantu menghidupi kapal? Bagaimana bila di tengah perjalanan kapal dibajaknya dan dia disingkatkan dari kehidupan Kapten? Bagaimana bila dia hanya ingin mengambil alih Kapten dan kapal saja, sementara dia dan anak-anaknya akan menjadi orang yang kalah? Who knows?

"Saya tidak akan mau berbagi suami dan kapal ini," kata Sang Istri lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun