Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pengorbanan

3 Januari 2020   20:29 Diperbarui: 3 Januari 2020   20:45 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun di balik kekurangannya, Diana begitu mengagumi Bondan. Entah bagaimana, Bondan dan Diana pun jadian menjelang kelulusan. Setelah setahun bekerja, Bondan menikahi Diana.

Diana merasa antara dia dan Bondan tidak berimbang. Sangat sering orang-orang yang ditemuinya mengolok-olok mereka sebagai pasangan beauty and the beast. Diana sebagai si beauty dan Bondan sebagai the beast. Sering juga membicarakan mereka berdua sebagai mu'jizat dan musibah.

Bondan mendapatkan Diana sebagai sebuah mu'jizat. Sedangkan Diana mendapatkan Bondan sebagai sebuah musibah. Semua orang menganggap Bondan adalah pria yang beruntung. Sedangkan Diana dianggap sebagai wanita yang 'apes' karena mendapatkan pria yang tidak sebanding. Termasuk sebagian keluarga besarnya sendiri yang berkata demikian.

Setelah kelahiran anak pertama, Diana bertekad untuk mengorbankan dirinya. Dia ingin orang berhenti menilai hubungan cinta mereka hanya dinilai dari fisik atau rupa saja. Diana mulai mengabaikan perawatan rambut dan kulitnya.

Diana juga mulai mengubah pola makannya, sehingga dalam waktu cepat, badannya menjadi membesar alias gendut. Diana juga tidak lagi mau berdandan. Andai kata dia berdandan, itupun seadanya saja. Bedak baby dan lipstik murahan dipakainya agar wajahnya tidak terlalu tampak berminyak.

Aku tertegun mendengar bagaimana Diana mengorbankan dirinya, agar tampil 'sebanding' dengan Bondan, suaminya. Saya tidak habis pikir bagaimana ada seorang istri yang mengubah dirinya menjadi lebih jelek, agar suaminya bahagia karena  sekarang jadi sama-sama jeleknya dan semua orang berhenti menilai mereka secara fisik. 

Sebenarnya bisa saja Diana dan Bondan cukup tutup kuping dengan semua omongan orang. Tetapi ya, setiap orangpunya pola pikir yang berbeda dan cara dalam menyikapi setiap kejadian dalam hidupnya.

"Apakah kamu bahagia dengan semua ini?" Sebuah pertanyaan bodoh yang saya sampaikan dan hanya dijawab dengan anggukan dan sebuah senyuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun