Mohon tunggu...
chofifah ayuni
chofifah ayuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi UMM

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Obesitas dan Pandangan Masyarakat terhadap Orang yang Mengidapnya

5 Juli 2021   18:25 Diperbarui: 5 Juli 2021   18:34 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

kegemukan atau dalam Bahasa medisnya disebut dengan obesitas, ini merupakan suatu kondisi dimana Ketika tubuh seseorang mengalami penumpukan lemak yang berlebihan. 

Obesitas atau kegemukan dapat dinilai melalui pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh) yang jika IMTnya mencapai 30,0 atau bahkan melebihi 30,0 termasuk kedalam obesitas, dengan rumus IMT = BB (kg) : kuadrat TB (m). 

Adapun hubungan antara obes ini dengan Kesehatan tubuh sangatlah buruk. Beberapa studi telah menunjukkan  bahwa individu-individu obes yang sehat secara metabolik menghadapi resiko yang lebih besar untuk mengembangkan berbagai masalah kesehatan  (Kramer, Zinman, & Retnakaran, 2013). 

Resikonya bukan hanya pada kesehatan orang itu sendiri; perempuan obes memiliki resiko lebih tinggi untuk memiliki bayi dengan berbagai masalah kesehatan (Avci et al., 2014; Crane et al., 2013).

Pada kebanyakan orang yang mengalami obesitas, disebabkan oleh perilakunya yang pemalas, sering memakan makanan instan dan siap saji seperti : mie instan, fast food, soft drink , memakan makanan yang manis atau asin, kurang memakan makanan yang berserat, kurang minum air mineral, malas berolahraga, dll. 

Dan adapun obesitas yang disebabkan dari faktor genetic, dimana terdapat efek-efek dari epigenetika trans-generasional yang dapat mempredisposisi generasi berikutnya untuk mengalami obesitas.

Orang yang mengidap obesitas biasanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitar. Body shaming pun datang dari masyarakat, teman maupun kerabat sendiri kerap diterima orang yang mengalami obesitas, seperti sering dipanggil dengan sebutan nama binatang, benda yang berukuran besar, dll. 

Mereka hanya melihat seseorang dari penampilannya saja. namun body shaming ini tidak hanya diterima oleh orang yang obesitas saja. Jika kalian tidak percaya maka amatilah di lingkungan sekitar kalian.

Adapun sedikit cerita tentang perempuan bernama "Dahlia" yang mengidap obesitas, dimana ia memiliki berat badan awal 76kg dengan tinggi badan 155 cm. Yang jika dihitung menggunakan rumus IMT, IMT = 76 :   = 31, 6337, dari hasil IMT ini, Dahlia masuk kedalam golongan obesitas karena hasil  IMTnya melebihi dari 30,0. Ia mengalami kenaikan berat bedan yang drastis ini ketika ia duduk dibangku SMP, lebih tepatnya ketika datang bulan pertama, pada saat itu ia belum begitu peduli dengan penampilannya, makanan yang dimakan pun bisa dikatakan tidak sehat dan tidak pernah melakukan olahraga, sehingga berat badannya meningkat dengan drastis. 

Pada saat ia mendapatkan komentar yang negative dari orang-orang dan komentar tersebut menyakiti hatinya, ia kehilangan kepercayaan dirinya, namun hal tersebut membuatnya sadar dan membuatnya merubah pola hidupnya, menjadi lebih peduli dengan tubuhnya. 

Sampai akhirnya ketika Dahlia masuk SMA ia memutuskan untuk melakukan "Diet". Ia seberusaha mungkin mengurangi porsi makannya, menjaga pola makannya, dan melakukan olahraga dalam seminggu 5 kali, karena olahraga merupakan salah satu cara yang ampuh untuk menunkan berat badan. Selama kurang lebih 2 tahun ia berkonsisten untuk melakukan diet dan berolahraga. 

Akhirnya ia berhasil dengan dietnya, ia kehilangan berat badannya sebanyak 17 kg, yang jika dihitung menggunakan IMT, IMT = 59 :  = 24,5577, yang dimana jika dilihat dari hasil IMT ( Indeks Massa Tubuh) tersebut termasuk ke golongan berat badan yang ideal. Pujian demi pujian pun didapatnya dan ia berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya.

Banyak orang yang melakukan diet hanya sementara saja dan tidak terus melanjutkannya lagi, hal ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan kembali seperti kondisi awal. 

Dan banyak orang yang merasa telah berolahraga, namun berat badannya tidak kunjung turun, hal ini terjadi karena Ketika kita berolahraga kalori yang keluar hanya sedikit dibandingkan dengan kalori yang masuk. 

Oleh karena itu jika ingin menurunkan berat badan tidak cukup dengan berolahraga saja, namun juga harus diikuti dengan diet dan melakukannya secara konsisten.

Adapun pandangan agama Islam mengenai orang yang mengalami kegemukan, pada hakekatnya Allah tidak melihat bagaimana bentuk fisik dari hambanya, namun kegemukan dapat menyebabkan  seseorang menjadi pemalas, seperti pada zaman dahulu Umar bin Khatab pernah menegur seseorang karena memiliki perut yang besar. 

Dan beliau juga mengingatkan bahwa hal tersebut dapat membuat kita malas beribadah kepada Allah dan akan merusak tubuh, beliau pun memberikan saran agar kita makan secukupnya saja. 

Namun jika kegemukan yang didapatkan bukan karena bermalas-malasan dan bukan karena makan yang banyak, maka kegemukan ini bukanlah termasuk kedalam kegemukkan yang tercela.

Referensi

Asiah, N., Suzanni, S., & Wahyuni, S. (2015). Studi faktor-faktor penyebab obesitas pada siswa smk farmasi cut meutia kota banda aceh. Jurnal Serambi Akademica, 3(2), 2337-8085. https://doi.org/10.32672/jsa.v7i2

Pinel, Jhon P.J., Barnes, Steven J.( 2018). Biopsikologi(edisi Kesepuluh).Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Wardan,. (2018). Perut buncit dalam pandangan islam dan, bagaimana hukumnya?. Diakses pada 24 juni 2021, dari https://darunnajah.com/perut-buncit-dalam-pandangan-islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun