Mohon tunggu...
Chieesa Naura Islanzadi
Chieesa Naura Islanzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa kedokteran Universitas Airlangga yang tertarik pada isu-isu kesehatan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tragedi Raya : Alarm Keras untuk Kesehatan Indonesia

15 September 2025   15:15 Diperbarui: 15 September 2025   15:22 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tragedi meninggalnya seorang balita bernama Raya di Sukabumi dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing bukan sekadar cerita pilu keluarga, melainkan alarm keras bagi sistem kesehatan di Indonesia. Di tengah berbagai program penanggulangan stunting, kematian seorang anak akibat penyakit yang seharusnya bisa dicegah adalah ironi besar yang tak bisa kita abaikan.

Raya bukan hanya korban infeksi cacing gelang, tetapi juga korban dari rantai sistem Integrasi Layanan Primer (ILP) yang belum berjalan maksimal. Dari peran kader posyandu, pelayanan di puskesmas, hingga birokrasi rujukan rumah sakit, ada begitu banyak celah yang akhirnya membuat penanganan Raya terlambat. Celah-celah inilah yang harus kita cermati bersama.

Di desa-desa, kader posyandu adalah garda terdepan kesehatan anak. Mereka yang bertugas menimbang balita, mencatat perkembangan, hingga mengingatkan orang tua soal imunisasi dan pemberian obat cacing. Namun, sering kali kader bekerja dengan sumber daya yang terbatas. Minim pelatihan, rendahnya dukungan logistik, hingga kurangnya insentif yang layak membuat fungsi kader belum optimal. Padahal, keberadaan mereka sangat penting untuk deteksi dini kasus gizi buruk, infeksi, atau kondisi lain yang mengancam tumbuh kembang anak. Tragedi Raya menunjukkan bagaimana lemahnya pengawasan di tingkat paling dasar bisa berujung fatal.

Ketika masalah muncul, masyarakat biasanya mengandalkan puskesmas. Namun, puskesmas sering dibebani dengan banyak pekerjaan administratif seperti laporan, koordinasi lintas sektor, hingga urusan klaim BPJS. Akibatnya, fungsi utama mereka sebagai pusat layanan kesehatan primer sering terpinggirkan.

Dalam kasus Raya, proses administrasi dan rujukan ke rumah sakit juga disebut-sebut mengalami kendala. Kondisi ini memperlihatkan bahwa birokrasi kesehatan di Indonesia masih berbelit-belit, padahal yang dipertaruhkan adalah nyawa manusia. Semestinya, mekanisme rujukan harus dipermudah, terutama untuk kasus gawat darurat anak.

Pemerintah memang sudah lama memiliki program pemberian obat cacing massal. Namun, kasus Raya menunjukkan bahwa obat cacing dua kali setahun tidak cukup bila tidak dibarengi dengan edukasi gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, dan pendampingan keluarga secara berkelanjutan.

Infeksi cacing erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang kotor, air yang tidak higienis, serta pola asuh yang kurang tepat. Artinya, pendekatan kesehatan masyarakat harus lebih komprehensif. Memberi obat tanpa memperbaiki kondisi lingkungan tentu tidak akan efektif.

Kini pemerintah telah berjanji akan melakukan audit sistem, merevisi SOP pemberian obat cacing, hingga memperketat prosedur rujukan. Langkah ini tentu patut diapresiasi, tetapi kita perlu mengingat bahwa janji tidak akan berarti bila tidak menyentuh akar masalah.

Kader kesehatan harus diberi pelatihan dan insentif yang layak. Puskesmas perlu diberdayakan agar fokus pada pelayanan, bukan sekadar administrasi. Sistem rujukan harus sederhana, cepat, dan berorientasi pada keselamatan pasien, bukan pada tumpukan berkas. Dan yang tak kalah penting, edukasi kesehatan masyarakat harus berkelanjutan, bukan sekadar program musiman.

Raya telah pergi, meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan keprihatinan bagi bangsa. Namun, kepergiannya jangan berhenti sebagai berita duka semata. Tragedi ini harus menjadi titik balik untuk memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.

Sebab, kesehatan bukan hanya soal rumah sakit megah atau program nasional yang dipamerkan di atas kertas. Kesehatan adalah tentang hadirnya negara di tengah masyarakat, dari posyandu di desa hingga rumah sakit rujukan di kota, yang benar-benar melindungi setiap nyawa warganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun