Penelitian ini merupakan salah satu dari banyak penelitian selama 50 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa obat antiparasit juga dapat memiliki kegunaan antivirus.
Temuan awal itu digunakan sebagai dasar dari banyak rekomendasi untuk penggunaan ivermectin untuk mengobati Covid-19, terutama di Amerika Latin, yang kemudian ditarik kembali. Sejak itu, ada banyak penelitian tentang ivermectin sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19.
Pada akhir tahun 2020, sebuah kelompok penelitian di India mampu merangkum hasil dari empat penelitian kecil tentang ivermectin berjudul "Therapeutic potential of ivermectin as add-on treatment in COVID 19: A systematic review and meta-analysis". Dalam studi tersebut, ivermectin digunakan sebagai pengobatan tambahan pada pasien Covid-19. Ulasan ini menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam kelangsungan hidup di antara pasien yang menerima ivermectin di samping pengobatan lain.
Tetapi penulis menyatakan dengan jelas bahwa kualitas buktinya rendah dan bahwa temuannya harus diperlakukan dengan hati-hati. Seperti yang sering terjadi pada tinjauan beberapa penelitian kecil, makalah tersebut menyarankan bahwa percobaan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah ivermectin memang efektif secara klinis.
Sebuah kontroversi kemudian meledak setelah muncul artikel dari Front Line COVID-19 Critical Care Alliance (FLCCC). Tulisan berjudul "Review of the Emerging Evidence Demonstrating the Efficacy of Ivermectin in the Prophylaxis and Treatment of COVID-19" tersebut, merangkum beberapa penelitian kecil tentang efek ivermectin pada pasien Covid-19, untuk sementara diterima untuk dipublikasikan di jurnal Frontiers in Pharmacology pada Januari 2021. *Namun, kemudian ditolak dan dihapus dari situs web jurnal pada bulan Maret lalu.  Editor jurnal menyatakan bahwa standar bukti dalam makalah tidak cukup dan bahwa penulis tidak tepat mempromosikan pengobatan berbasis ivermectin mereka sendiri.
Dirangkum oleh National Institutes of Health, beberapa studi menunjukkan keterbatasan pada beberapa penelitian yang dilakukan, mulai dari ukuran sampel yang kecil dan masalah dalam desain penelitian. Oleh karena itu, bersama European Medicine Agency, keduanya menyatakan bahwa saat ini tidak ada cukup bukti untuk mendukung penggunaan ivermectin dalam pengobatan Covid-19.
Indonesia baru akan  melakukan persiapan  uji klinis (in vivo) di 8 Rumah Sakit yang dilaksanakan oleh Balitbangkes dan BPOM. .
Respons masyarakat
Sampai saat ini, di apotik tempat saya berpraktek, banyak  pasien yang bertanya tentang Ivermectin sebagai obat Covid-19. Mereka semua yang datang bukan ada keluhan cacingan. Tapi saya tidak berkompeten menjelaskan penggunaannya sebagai obat  Covid-19. Biarlah Menteri BUMN yang menjelaskannya.
Saya harus menjelaskan, dan  penjelasan  saya secara professional  mengatakan, Ivermectin saat ini efek terapinya untuk mengatasi beberapa jenis kecacingan antara lain:
1.     Strongiloidiasis (adalah infeksi yang terjadi pada tubuh akibat cacing gelang jenis Strongyloides stercoralis. Cacing ini dapat hidup sebagai parasit pada tubuh manusia dan mengambil nutrisi yang diperoleh manusia melalui makanan;