Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Strategi Sederhana Guardiola Bungkam Kesombongan Solskjaer dan Pelajaran dari Hasil Imbang Chelsea

7 November 2021   10:41 Diperbarui: 7 November 2021   22:03 7470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah momen pertandingan derbi Manchester, Sabtu (6/11/2021): Dailymail.co.uk

Laga derbi di dunia sepak bola selalu menarik, serentak penuh kontradiksi. Pertemuan antara dua tim sekota menyajikan aroma persaingan baik di dalam maupun di luar lapangan.

Kedua tim dari daerah yang sama akan berjuang maksimal tidak hanya semata-mata demi membidik kemenangan tetapi juga menjaga harga diri.

Soal ini sudah lumrah. Tidak ada tim manapun yang bertanding untuk tidak menang serentak ingin nama baiknya diinjak-injak karena sebuah kekalahan yang disengaja.

Anehanya, kedua tim itu dari kota yang sama. Besar kemungkinan para fan dari kedua kubu rutin berinteraksi saban hari dalam urusan profesional atau personal. Bagaimana bisa di antara mereka yang bertetangga atau bahkan bertalian dalam lingkup yang lebih kecil dan intens, bisa terbelah seperti itu?

Kata-kata seputar persatuan, kekompakan, dan solidaritas kedaerahan tidak ada dalam kamus pertandingan derbi. Yang ada adalah klub saya versus klub Anda atau dia, jagoan kami atau kita kontra jagoan mereka.

Tidak heran sebelum derbi Manchester, pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer dengan penuh percaya diri membanggakan timnya. Ia mafhum dalam satu dekade terakhir, rival yang dijuluki "tetangga berisik" itu sudah mengganggu mereka dengan banyaknya prestasi baik di pentas domestik maupun Eropa.

"Tapi kami adalah Manchester United, kami akan selalu kembali, saya pikir kami adalah klub nomor satu di Manchester dan itu mungkin juga berarti di dunia."

Apakah pernyataan itu kemudian terwujud di lapangan pertandingan? Walau bertindak sebagai tuan rumah, Manchester United justru harus menelan pil pahit. "Theatre of Dreams" bernama Old Trafford, Sabtu (6/11/2021) malah menjadi panggung pertunjukan tragedi yang menguras kesedihan tuan rumah dan  sajian komedi bagi tim tamu dari ketidakmampuan Solskjaer mengatasi dominasi tetangganya.

Duel kedua tim berakhir dengan skor 2-0. Kedua gol terjadi di babak pertama dari aksi "bunuh diri" Erick Bailly di menit ketujuh dan lesatan Bernardo Silva di menit ke-45.

Selisih dua gol memang tipis. Tetapi untuk skala derbi bagi dua tim sekaliber United dan City ada jarak yang begitu jauh.  Dua gol itu berbicara banyak hal.

Pertama, penampilan United tak menunjukkan kualitas semestinya. Tidak ada agresi. Tidak ada semangat dan ambisi. Terlalu pasif. Tuan rumah justru terlihat bingung dengan cairnya permainan lawan.

Sementara itu mereka seperti pasrah menanti datangnya aksi penyelamatan dari seorang Cristiano Ronaldo. Sayangnya, harapan itu tak kunjung datang.

Patut diakui Solskjaer tak memiliki banyak opsi di area pertahanan. Absennya Raphael Varane, membuat pria Norwegia itu bergantung pada sang kapten, Harry Maguire yang performanya sedang menjadi sorotan.

Begitu juga dengan Luke Shaw. Solskjaer seperti tak belajar dari masa lalu, termasuk saat mereka susah payah mengimbangi Atalanta di penyisihan grup Liga Champions Eropa beberapa hari lalu. Duo Inggris di jantung pertahanan kembali bermain burul.

Opsi mempertahankan tiga bek dan pemilihan pemain untuk melengkapi formasi 3-5-2 kemudian berbuah bencana. Eric Bailly tergoda melakukan gol bunuh diri nan konyol karena ketidaksigapannya meladeni gempuran lawan sejak menit awal.

Sementara itu Shaw dan Maguire patut disalahkan untuk gol kedua City. Buruknya antisipasi pada umpan silang Joao Cancelo membuat Silva bisa mengoyak gawang mereka.

Sepanjang babak pertama City benar-benar unggul. Penguasaan bola 68 persen membuat United seperti hanya bertahan untuk tidak sampai roboh. David De Gea harus melakukan sejumlah penyelamatan penting untuk menghindari skor berubah lebih signifikan.

Kedua, statistik United yang suram sebenarnya mengungkapkan banyak hal. Yang terlihat jelas saat ini adalah Setan Merah tanpa "celan sheet" dalam 14 pertandingan kandang terakhir di semua kompetisi.

Melansir manchestereveningnews.com, satu-satunya catatan lebih buruk dari ini terjadi di periode April 1958 dan Maret 1959 saat gawang mereka selalu kebobolan dalam 21 laga.

Pertama kalinya United secara beruntun menyerah di hadapan pendukung sendiri dengan tanpa bisa mencetak satu gol hiburan. Lawannya? Liverpool dan Manchester City

Di laga ini United hanya memiliki empat sentuhan di kotak penalti lawan. Jumlah ini paling sedikit dalam pertandingan Liga Primer Inggris sejak musim 2008/2009.

Statistik di atas menunjukkan seperti apa kualitas United saat ini di hadapan tim-tim unggulan lainnya.

Ketiga, usai pertandingan, pemain kunci United, Bruno Fernandes mengakui bahwa kedua tim sebenarnya tidak berada di level yang sama. Manchester City menunjukkan bahwa permainan mereka kini sudah lebih unggul.

Menukil bbc.com, pemain Portugal itu berkata, "Mereka bermain bagus, mereka tidak memberi Anda kesempatan untuk merebut bola dari mereka, jadi pujilah mereka, tetapi standar (kami) perlu ditingkatkan."

Situasi ini jelas memberi tekanan pada Solskjaer. Kedua tim yang selalu bersaing hampir dalam segala hal ternyata tak berkembang beriringan. Sudah ada jurang antara duo Manchester yang sebelumnya tak selebar ini.

"Saat ini kami (jauh dari tim teratas). Tuntutan pada saya dan para pemain akan tinggi dan kami harus kembali ke penampilan awal kami. Kami memiliki para pemain untuk melakukan itu."

Yang dikatakan Bruno terdengar seperti tamparan pada keyakinan Solskjaer yang terbukti sekadar pemanas dan pemanis semata. City akhirnya sukses menyumpal kepongahannya.

Strategi sederhana

Keempat, dari pihak City, Pep Guardiola tidak banyak melakukan perubahan. Pria Spanyol itu justru mempertahankan formasi 4-3-3 dengan sumber daya pemain yang sama sepanjang pertandingan.

Taktiknya pun sederhana dan karena itu bisa dijalani sepenuhnya oleh para pemain. Menguasai bola agar bisa membuka ruang kreasi. Memanfaatkan momentum dengan tepat untuk menekan. Dan sejumlah pemain diberi tanggung jawab khusus untuk mengekploitasi titik lemah lawan.

Kemampuan para pemainnya untuk menekan sektor pertahanan dengan bek sayap, Aaron Wan-Bissaka dan Luke Shaw sebagai target khusus, berbuah manis. 

"Saya dan Gabby [Jesus] disuruh menekan bek sayap, sulit ketika mereka bermain dengan lima pemain di belakang. Kami juga menekan melalui Kev [De Bruyne] dan Bernardo [Silva] dan itu berhasil," demikian kesaksikan Phil Foden terkait skenario mereka melansir manchestereveningnews.com.

Kelima, tuan rumah beruntung, setelah tertinggal dua gol di paruh pertama, gawang mereka tak kebobolan lagi setelah jeda.

Ada dua sebab. Di satu sisi, para pemain United tak menunjukkan semangat dan kemampuan untuk memperkecil ketertinggalan, apalagi membalikkan keadaan. Tenaga United seperti sudah tergerus habis sebelum peluit panjang dibunyikan. Menyerah sebelum laga berakhir.

Di sisi berbeda, ada belas kasihan dari tim tamu untuk tidak membuat Old Trafford jadi neraka yang bernyala-nyala bagi para penggemar seperti saat Liverpool mempermalukan mereka lima gol tanpa balas beberapa pekan lalu.

Selain itu, hasil minor ini akan melipatgandakan penderitaan Solskjaer yang kian tak nyaman dan aman, walau salah satu kandidat pengganti potensial yakni Antonio Conte baru saja diresmikan Spurs, tim yang sempat mereka kalahkan pekan sebelumnya.

Masih ada waktu dua minggu bagi Solskjaer untuk merenungi diri. Begitu juga manajemen klub. Jeda internasional adalah kesempatan bersiap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

Apakah statusnya sebagai legenda klub akan memberinya privilese? Atau nasibnya akan sama seperti seperti legenda-legenda lainnya yang gemilang saat menjadi pemain tetapi tidak sebagai juru taktik?

Pelajaran dari Chelsea

Tiga poin dari lawatan ke Old Trafford membuat City kini hanya berjarak tiga angka dari Chelsea di puncak klasemen. Sementara itu, United tertahan di posisi kelima dengan jumlah poin tak bertambah: 17.

Chelsea sebenarnya bisa menambah koleksi poin menjadi 28 bila saja bisa memaksimalkan laga kandang di Stamford Bridge pada hari yang sama.

Sayangnya, keunggulan di menit ke-33 melalui Kai Havertz gagal dipertahankan hingga laga usai. Gol Matej Vydra di menit ke-79 akhirnya membuat Burnley bisa mencuri angka.

Dengan tanpa mengulas panjang lebar jalannya pertandingan, berikut sejumlah poin pelajaran yang bisa dipetik.

Pertama, pemain yang paling menonjol di laga ini adalah Reece James. Tak heran ia diganjari predikat "man of the match." Ia bisa menenggelamkan Callum Hudson-Odoi yang juga bermain baik.

Selain memberikan asis, James juga berkontribusi gol dalam beberapa laga terakhir. Gol Havertz di laga ini tidak lepas dari umpan silang akurat James dari sisi kanan.

Hanya saja minimnya gol mengisyaratkan para pemain depan Chelsea butuh istirahat. Jeda internasional adalah waktu yang baik bagi Callum Hudson-Odoi, Kai Havertz, dan Hakim Ziyech untuk memulihkan kondisi.

Momen-momen menarik dalam duel Chelsea versus Burnley, Sabtu (6/11/2021): Dailymail.co.uk
Momen-momen menarik dalam duel Chelsea versus Burnley, Sabtu (6/11/2021): Dailymail.co.uk

Para pemain ini sudah lelah memikul beban cedera Timo Werner, Romelu Lukaku, Christian Pulisic dan bahkan Mason Mount.

Kedua, Burnley bisa memaksimalkan kondisi The Blues yang kehabisan bahan bakar. Umpan lambung Lowton dipantulkan Jay Rodriguez sebelum diselesaikan oleh Vydra.

Situasi ini kemudian memaksa Thomas Tuchel bertindak. Mantan pelatih Paris Saint-Germain itu melakukan beberapa perubahan. Salah satunya memasukan Pulisic menggantikan Hudson-Odoi di lima menit terakhir pertandingan.

Dalam rentang waktu yang sempit, pemain Amerika Serikat itu bisa melepaskan tembakan berbahaya yang memaksa Nick Pope melakukan penyelematan. Selain itu, ia juga melepaskan umpan kunci.

Kehadiran Pulisic dan kontribusi yang ia tunjukan di lag aini menjadi tanda-tanda positif setelah pulih dari cedera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun