Nitya yang harus menjalani operasi dan memutuskan berhenti menjadi pemain profesional menjadi pukulan telak lainnya bagi Greys. Ia pun sempat berpikir untuk mengikuti jejak Nitya.
Namun pelatihnya Eng Hian dan keluarga memintanya untuk bertahan. Saat itu Eng Hian berdalih, kontribusi Greys masih dibutuhkan tim nasional. Indonesia masih membutuhkannya untuk mendampingi para pemain muda.
“Pada 2017 saya berada di tim nasional dan akan berhenti ketika pasangan saya (Maheswari) cedera dan menjalani operasi, tetapi pelatih saya mengatakan tunggu sebentar dan bantu pemain muda untuk bangkit..” ungkap Greys seperti dilansir dari situs resmi BWF.
Bangkit bersama
Apa yang terjadi kemudian sungguh tak diduga. Asa yang nyaris pupus lantas terangkat saat Greys dipertemukan dengan Apriyani Rahayu.
Berbicara usai mencapai final Olimpiade Tokyo, Greys seakan tak percaya pada apa yang telah ia alami bersama juniornya itu.
“Ini merupakan perjalanan panjang bagi saya. Begitulah cara Anda ingin menunggu dan bertahan. Dia bangkit entah dari mana, tiba-tiba di tahun 2017 ketika saya hendak pensiun usai Rio 2016.”
Bersama Apri mereka bisa bangkit bersama. Greys menjadi motivator bagi Apri. Greys membantu Apri untuk mendapatkan kualitas terbaik. Keduanya mengalami loncatan besar dengan menjadi satu-satunya ganda putri Indonesia yang bisa bersaing di papan atas.
Awal tahun ini, Greys/Apri mampu meraih gelar Super1000 pertama di Thailand. Trofi tersebut menjadi bukti bahwa keduanya adalah salah satu pesaing terberat.
Apa yang membuat Greys akhirnya mendapat kembali kepercayaan diri dan bisa bangkit bersama Apri?