Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mudik, Mandela, dan "The Power of Maaf"

13 Mei 2021   22:59 Diperbarui: 13 Mei 2021   23:12 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polisi coba menghalau pemudik motor di posko penyekatan mudik di Kedungwaringin,  Jawa Barat, Minggu (9/5/2021): ANTARA FOTO/FAKHRI HERMANSYAH


The Power of Maaf

Mari mengerucut ke ikhwal maaf: memaafkan dan/atau meminta maaf. Apa yang membuat kita harus mengucapkan atau melakukan gestur tertentu untuk mengekspresikan kata-kata itu?

Setiap kita tentu memiliki penghayatan dan keyakinan tersendiri tentang sepotong kata itu.  Tanpa perlu banyak basa-basi, kata tersebut memang sengaja diciptakan untuk menangkup kebutuhan afeksi setiap manusia.

John Carlin pernah menulis sebuah buku fenomenal. Playing the Enemy: Nelson Mandela and the Game That Made a Nation. Kisah dalam buku ini kemudian difilimkan. Mengambil judul Invictus.

Film drama biografi itu rilis tahun 2009. Morgan Freeman memerankan tokoh utama, Nelson Mandela. Berlatar tahun 1990-an sejak Mandela dibebaskan dari Penjara Victor Verster yang mengurungnya selama 27 tahun, hingga terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan empat tahun berselang.

Sebagai presiden kulit hitam pertama di sebuah negara yang masih lekat dengan praktik dan bayang-bayang apartheid, Mandela menghadapi aneka keganjilan. Beberapa tahun setelah merdeka, kemiskinan, kriminalitas, dan diskriminasi seperti enggan pergi. Perbedaan rasial masih mengemuka.

Masing-masing kelompok masih memelihara rasa sakit. Maaf belum jadi kosakata baru. Hubungan antara ras kulit putih dan kulit hitam masih dikotomis. Banyak pengalaman membuktikan hal tersebut, mulai dari urusan keamanan, hingga olahraga.

Judul film ini sesungguhnya diambil dari salah satu puisi karya penyair Inggris William Ernest Henley (1849-1903). Puisi itu menginspirasi Mandela sejak di penjara. Invictus mengacu pada julukan salah satu dewa bangsa Romawi. Dalam bahasa Latin kata itu berarti "tak terkalahkan" atau "tak tertaklukkan."

Dalam salah satu bagian, Mandela berbicara kepada Kongres nasional Afrika tentang makna dari pengampunan. Baginya, maaf sangat penting dan berarti.

Mandela dan puisi Invictus: worldview.unc.edu
Mandela dan puisi Invictus: worldview.unc.edu

"Pengampunan dimulai di sini ... Pengampunan membebaskan jiwa ... Ini menghilangkan rasa takut, itulah mengapa menjadi senjata yang sangat ampuh ... masa lalu adalah masa lalu, kita melihat ke masa depan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun