"Mati Suri" Panjang
Kembali ke Jorji dan All England. PBSI memiliki alasan sangat kuat untuk tidak memberangkatkan Jorji ke Inggris. Kondisi tak prima dengan adanya masalah pada paha kanannya memaksanya ditinggalkan di pelatnas, sementara delapan wakil lainnya terbang ke Eropa.
Terlalu riskan memaksanya untuk pergi hanya untuk formalitas. Jangan sampai kondisi itu bertambah parah yang membuatnya harus absen lebih lama. Bagaimanapun juga Jorji adalah aset. Satu-satunya permata Indonesia yang paling mengilap. Tetap harus dijaga sambil rutin diasah agar semakin mengilap!
Tanpa Jorji, tak ada wakil tunggal putri di All England tahun ini. Tahun lalu Jorji ambil bagian. Saat itu langkahnya sampai di babak kedua. Di babak pertama, ia berhasil mengatasi Yeo Jia Min dari Singapura dua game langsung.
Kemenangan 21-12 dan 21-17 dalam 29 menit itu mempertemukan Jorji dengan Tai Tzu Ying. Pertandingan pada Jumat (13/3/2020) itu menjadi salah satu momen penting baginya. Pertama kalinya tampil di babak kedua turnamen bergengsi itu serentak meladeni salah satu pemain terbaik di kategori itu.
Apa yang terjadi saat itu? Jorji mengawali pertandingan dengan baik. Ia sempat unggul 8-5, sebelum pebulutangksi Taiwan itu berbalik unggul 8-11 di interval pertama. Sempat tertinggal 17-12, Jorji mampu meraih sejumlah poin hingga kembali memimpin 19-18.
Tai dipaksa bekerja keras untuk meraih game pertama 22-20. Sayangnya, tren positif itu tak berhasil Jorji pertahankan di set kedua. Tai terlihat lebih cakap membaca pola permainan dan jeli menerjemahkannya di lapangan pertandingan. Jorji kewalahan. Namun ia masih sanggup mendapat 16 poin di set terakhir.
Kekalahan "straight set" memang telak. Tapi di balik dua set itu, Jorji sebenarnya menuai banyak hal positif. Di balik 20 poin di set pertama dan 19 poin di game kedua, Jorji mendapat pelajaran bagaimana menjaga konsistensi, bagaimana menyelaraskan semangat dan taktik, bagaimana mengendalikan ego agar tak kebablasan, dan bagaimana mengelola rasa rendah diri di hadapan pemain bintang dan unggulan.
Terbukti, Tai adalah pemain terbaik saat itu. Langkahnya sampai jauh hingga mampu meredam unggulan pertama, Chen Yufei di laga final. Bahkan di balik kemenangan dua game langsung, Tai memberikan poin lebih sedikit kepada Chen ketimbang yang didapat Jorji. 21-19 dan 21-15.
Kegagalan Jorji waktu itu sekaligus menutup lembaran prestasi tunggal putri Indonesia di All England. Sedihnya, tirai prestasi Indonesia belum juga tersibak sejak Wang Lian-xiang empat kali menjadi juara lebih dari dua dekade sebelumnya.