Pun dengan tak harus menjadi juara dunia junior, ada begitu banyak pemain yang membuat Jorji harus berlatih lebih keras untuk bisa bersaing dengan mereka.Â
Sementara itu ketika Jorji sedang giat-giatnya digembleng, ada pemain muda lain yang melejit cepat di hadapannya lantas meninggalkannya jauh di belakang. An Se-young dari Korea Selatan adalah salah satu contoh.
Saat ini hanya ada nama Jorji dari sejumlah pemain tunggal putri Indonesia yang berada di daftar 25 nama teratas ranking dunia. Alih-alih berada di top 10, Jorji tertahan di luar 20 besar. Kita tentu bertanya: sampai sepuruk itukah sektor ini?
Itulah kenyataan yang harus kita terima. Bukti nyata perjuangan berkali-kali lipat lebih tinggi harus kita tunjukkan bila ingin kembali bersaing dengan China, Korea Selatan, Jepang, bahkan Thailand.Â
Bila negara-negara itu sudah bisa mengharapkan prestasi dari sektor tunggal putri, tidak demikian dengan kita. Kita seperti masih berada pada level bagaimana bisa bersaing dengan tanpa harus kalah secara telak.
Tak heran saat nama Jorji terpaksa dicoret dari "line up" tim Indonesia untuk All England 2021 tanggapan kita tak seheboh seperti harus kehilangan salah satu dari ganda putra terbaik di panggung elite itu.
Jorji dianggap sebagai bagian dari kumpulan pemain di sektor "underdog." Absennya pemain yang kini berusia 21 tahun itu bukan sebuah petaka. Bukan sebuah kerugian besar bagi tunggal putri Indonesia. Bukan sesuatu yang harus ditangisi.Â
Kehadirannya di panggung itu tentu tak menjamin akan bisa berbicara banyak. Hampir semua pemain terbaik akan ambil bagian di turnamen tertua di dunia itu.
Meski begitu, keterlibatan Jorji di ajang itu tidak semata-mata sekadar memenuhi kuota. Ia memang dengan sengaja dipersiapkan tampil di Arena Birmingham.Â
PBSI tidak mengizinkannya ambil bagian di Swiss Open dua pekan lalu karena tidak ingin terhambat tampil di turnamen level Super 1000 yang akan berlangsung 17-23 Maret 2021 ini.