Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tunggal Putra All England, Tiongkok 21 Kali Juara dan Indonesia 16 Kali Juara

17 Maret 2024   10:09 Diperbarui: 17 Maret 2024   10:13 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jonatan Christie/kiri dan Anthony Sinisuka Ginting/kanan (Sumber: PBSI melalui bola.com)

Penantian itu butuh waktu lama. Terakhir tunggal putra Indonesia yang menjadi juara All England adalah Hariyanto Arbi pada 1994. Bahkan setahun sebelumnya, 1993, Hariyanto Arbi pun menjadi juara.

Kini 30 tahun kemudian sejak Hariyanto Arbi, Indonesia akan memiliki juara All England baru: Anthony Sinisuka Ginting atau Jonatan Christie. Keduanya akan bertarung di final. Pertarungan All Indonesian Final memang jarang terjadi. Seingat saya ini menjadi ajang ketiga setelah Rudy Hartono vs Liem Swie King (dimenangkan Rudy, 1976) dan Liem Swie King vs Rudy Hartono (dimenangkan King, 1978). Kita tunggu malam nanti, siapakah juara All England 2024.

Ajang bulutangkis All England merupakan kompetisi tertua dan bergengsi. Semula terbatas untuk negara-negara Britania Raya, namun kemudian bersifat internasional. Menjadi juara All England tentu saja menjadi idaman para pebulutangkis. Karena bergengsi, ajang All England disebut kejuaraan dunia tidak resmi.

Nama ke-6: Ginting atau Jojo

Pada 1954 Indonesia menjadi anggota organisasi internasional bulutangkis yang waktu itu bernama IBF (International Badminton Federation). Empat tahun kemudian tepatnya pada 1958, Indonesia berhasil memboyong Piala Thomas yang sebelumnya dipegang Malaya (nama sebelum menjadi Malaysia).

Pada ajang All England, pebulutangkis Indonesia pertama yang menjadi juara adalah Tan Joe Hok (1959). Berikutnya Rudy Hartono, bahkan ia menyabetnya 7 kali berturut-turut (1968-1974). Setahun berikutnya Rudy masuk final namun dikalahkan Svend Pri dari Denmark. Pada 1976 Rudy merebut kembali gelar juara All England. Rekor dunia pun pecah karena Rudy menjadi juara All England sebanyak 8 kali.

Setelah itu juara tunggal putra All England beralih ke tangan Liem Swie King (1978, 1979, dan 1981); Ardy B. Wiranata (1991) dan Hariyanto Arbi (1993, 1994). Seingat saya pada 1993 Hariyanto mengalahkan Ardy dan pada 1994 Hariyanto mengalahkan Joko di final.

Sebenarnya waktu itu ada nama-nama pebulutangkis besar seperti Iie Sumirat yang pernah menaklukkan dua pemain Tiongkok terhebat pada masanya, Hou Jiachang dan Tang Xianhu, namun Iie belum pernah mencapai puncak All England. Begitu pula Icuk Sugiarto dan Joko Supriyanto yang pernah menyandang juara dunia. Atau Alan Budikusuma yang pernah menjadi juara Olimpiade Barcelona dan Taufik Hidayat juara Olimpiade Yunani. Icuk, Joko, Alan, dan Taufik belum pernah merasakan menjadi juara All England.

Dihitung-hitung baru ada lima nama yang pernah menjadi juara All England, yakni Tan Joe Hok, Rudy Hartono, Liem Swie King, Ardy B. Wiranata, dan Hariyanto Arbi. Malam nanti akan muncul nama ke-6: Ginting atau Jojo, nama populer Anthony dan Jonatan.

Konsisten kualitas bagus

Sejak 1970-an bulutangkis Indonesia mulai mendapat saingan berat. Sejak masuk organisasi dunia PBB pada 1971, Tiongkok mulai merajai dunia bulutangkis. Pada 1978, Tiongkok bergabung dengan federasi bulutangkis dunia. Pada 1982 Tiongkok merebut Piala Thomas dari tangan Indonesia. Selanjutnya pada 1983, Luan Jin menjadi pemain Tiongkok pertama yang menjadi juara All England.

Rupanya Tiongkok termasuk konsisten memperoleh kualitas bagus di ajang bulutangkis. Setelah Luan Jin, juara-juara All England asal Tiongkok adalah Zhao Jianhua (1985, 1990), Yang Yang (1989), Liu Jun (1992), Dong Jiong (1997), Sun Jun (1998), Xia Xuanxe (2000), Chen Hong (2002, 2005), Lin Dan (2004, 2006, 2007, 2009, 2012, 2016), Chen Jin (2008), Chen Long (2013, 2015), Shi Yuqi (2018), dan Li Shifeng (2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun