Tahun 1999--2000, Gus Dur mencoba mereformasi polisi.
Tapi disekak-star oleh jenderal-jenderal polisi.
Gus Dur keok, nyerah telak kepada Kapolri.
Megawati?
Bukannya mereformasi, malah memanfaatkan polisi untuk periode kedua.
Tetapi gagal total karena rakyat yang baru saja bereuforia reformasi memprotes dengan keras.
SBY?
Pilih jalan aman.
Status quo.
Tidak maju, tidak mundur, yang penting periode kedua aman Sulaiman.
Lalu Jokowi?
Makin gila.
Polisi benar-benar dijadikan alat kekuasaan politik dirinya.
Bukan dibikin civilization policing. Tapi diperkuat sebagai state policing: alat kekuasaan yang sah untuk menakuti, mengancam, dan membunuh rakyat demi kepentingan politiknya.
Dan kini, Prabowo ngajak duel dengan Kapolri.
Mau apa dia?
Serius kah
Atau hanya gimmick saja.
Nyerah telak kepada Kapolri sebagaimana Gus Dur?
Memanfaatkan polisi untuk periode kedua sebagaimana Megawati?
Mau status quo ala SBY?
Atau mau lebih gila daripada  Jokowi?
Pertandingan baru dimulai.
Rakyat harap-harap cemas.
Hasilnya seperti apa.
Bisa jadi penonton kecewa berat.
Karena pemenangnya Kapolri lagi.
Penonton tumpah ruah di lapangan.
Marah besar.
Atas nama reformasi polisi membasmi.
Rumah Sakit penuh orang bermata pedih karena terkena gas air mata.
Ibu-ibu menangis karena meratapi anaknya yang pulang tinggal nama.
Para aktivis HAM sibuk menengok orang-orang yang ditahan polisi.