"Aku hendak menguji, sanggupkah kita menjalin hubungan tanpa melibatkan romantisme atau hasrat seksual diantara kita. Jujur aku gak tahu hasilnya akan seperti apa kedekatan emosional dan intelektual yang didasari persahabatan, tanpa adanya unsur asmara itu. Dan juga gak yakin apa bisa diwujudkan. Â Karenanya, aku ingin mengujinya disini".
Greg tampak bingung harus merespon apa. Dia berusaha menyimak.
"Kamu siap diuji Greg?"
Ditanya begitu, Greg tampak kebingungan. Seulas senyum memoles wajahnya yang berusaha tenang. Namun ia juga tak sanggup menutupi kecanggungan karena tak menduga arah pembicaraan R itu. "Bagaiman cara mengujinya?"
R tampak di atas angin karena dia yang memegang kendali.
"Ada dua pilihan, yang biasa-biasa saja atau yang luar biasa, mungkin sedikit gila! Kamu pilih yang mana?"
Greg berpikir. Ia memainkan gerak ekspresi di wajahnya. Keningnya, matanya, mulutnya, semua mengekspresikan isi pikirannya.
"Aku penasaran kalau yang luar biasa seperti apa?" Greg bicara dengan gaya menantang.
"Baik...," R bangkit dari duduknya, menuju tempat pengatur lampu di kamar itu. Diredupkan pencahayaan di kamar itu hingga hampir gelap. Kini pencahayaan ruangan itu justru didominasi oleh cahaya dari luar yang menembus kaca yang luasnya hampir sepenuh satu sisi dindingnya. Lalu R kembali ke tempatnya semula.
"Sekarang ayo kita buktikan kalau memang benar bahwa hubungan ini tanpa melibatkan hasrat seksual!"
"Caranya?" Tanya Greg tetap memperhatikan R dibawah keremangan ruangan yang warnanya berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang datang dari luar.