Mohon tunggu...
ATIKAH
ATIKAH Mohon Tunggu... GURU

Seorang Guru yang senang berpetualang dan membagikannya ke dalam sebuah tulisan. kegabutan sehari-hari menjadi remot worker sambil menikmati secangkir kopi pahit.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Merdeka

3 Agustus 2025   21:05 Diperbarui: 3 Agustus 2025   21:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perempuan Merdeka/Sumber Foto: Freepik.com

Ia bukan lagi bayang di sudut senja,
bukan bisik yang takut menyapa dunia.
Ia adalah nyala dalam gulita,
langkah pasti menuju cahaya.

Tak lagi terkurung norma yang sempit,
tak lagi tunduk pada kata "jangan" yang menyempit.
Ia tahu haknya adalah suara,
dan pikirannya bukan sekadar hiasan semata.

Perempuan itu terbang,
bukan untuk lari, tapi mengejar mimpi.
Membangun makna, menulis sejarah,
bukan untuk dikenang, tapi untuk berdampak.

Ia bebas bukan berarti liar,
tapi tahu caranya menjadi benar.
Ia kuat bukan untuk menantang,
tapi agar tak mudah ditumbangkan.

Ia mencintai dirinya dengan utuh,
tanpa perlu izin dari siapa pun.
Ia berdiri dengan kepala tegak,
karena tahu: dirinya tak kurang satu pun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun