Mohon tunggu...
Pipit ZL ceritaoryza.com
Pipit ZL ceritaoryza.com Mohon Tunggu... Blogger | Beauty Enthusiast | Mrs Lubis with 2 children

Blogger | Beauty Enthusiast | Mrs Lubis with 2 children

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Anna dan Kinan (1/10)

13 Januari 2025   09:51 Diperbarui: 14 Januari 2025   04:52 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anna mendengar samar-samar suara paramedis di sekitarnya. Obrolan mereka tentang prosedur dan alat-alat medis bergema di ruangan, namun tubuhnya terlalu lunglai untuk bergerak, bahkan untuk membuka mulut. Rasanya seperti terperangkap dalam tubuhnya sendiri, tak berdaya.

Waktu berlalu begitu lambat. Setelah beberapa jam, ia merasakan tubuhnya dipindahkan ke tempat yang lebih tenang. Suara roda ranjang bergesekan dengan lantai mengiringi pergerakannya menuju ruangan baru. Ketika mereka berhenti, salah seorang perawat berbicara dengan nada lembut.

"Dokter Dirga sedang visit," ujar sang perawat sambil membenahi selimut di atas tubuh Anna. "Kondisimu sudah stabil, tinggal pemulihan. Istirahatlah."

Tanpa menunggu jawaban, perawat itu meninggalkan Anna sendirian di kamar itu. Suasana hening menyelimuti. Hanya bunyi halus dari alat monitor yang terdengar, mencatat detak jantungnya yang perlahan kembali normal.

Anna mencoba untuk duduk, tapi tubuhnya seolah menolak perintah. Lengannya terasa lemah, dan setiap gerakan kecil membuat dadanya nyeri. Akhirnya, ia kembali terbaring, menatap langit-langit kamar yang putih bersih.

Aku kenapa? Bukankah tadi aku di kampus? pikirnya. Fragmen ingatan terakhirnya adalah saat ia sedang berjalan keluar dari kelas, namun sekarang ia terbaring di rumah sakit, dipanggil dengan nama asing---Kinan.

Lamunannya terputus ketika pintu kamar terbuka. Seorang lelaki paruh baya berbaju batik tergopoh masuk. Wajahnya penuh kekhawatiran, dan napasnya tersengal seolah telah berlari jauh.

Siapa dia? pikir Anna, matanya menatap pria itu dengan kebingungan.

Lelaki itu langsung mencari seseorang dengan tatapan tajam. "Kenapa Dirga tidak di sini?!" tanyanya dengan nada tinggi, marah, kepada perawat yang kebetulan lewat di depan kamar. Tanpa menunggu jawaban, ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

Namun sebelum panggilan itu tersambung, seorang pria lain masuk ke kamar. Jas putih yang ia kenakan menjelaskan siapa dia---Dokter Dirga. Wajahnya tampak lelah, namun matanya masih memancarkan ketenangan.

"Kamu dari mana?!" bentak lelaki berbaju batik itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun