Mohon tunggu...
Cerita_Esa
Cerita_Esa Mohon Tunggu... Guru - Menulis dan membaca tidak membuatmu kaya sekejap, tapi yakini dapat membuat hidupmu beradap

@Cerita_esa karena setiap jengkal adalah langkah, dan setiap langkah memiliki sejarah, maka ceritakanlah selama itu memberi manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak Randi "Dibaui" Amis

15 Januari 2021   09:44 Diperbarui: 15 Januari 2021   19:40 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Wah, Mbok Yem akeh le ngangeni ini Nur." Jailnya.

"Haa haa haa,"tawa mereka pecah begitu saja dengan angin.

"Buburnya maksudnya Pak haa haa."

"Nur, tapi kamu tahu tidak sih, kita mau dibawa ke mana. Pak Kepala tadi kok ya tidak ngendikan  dulu mau kemana. Tahuku malah suruh bersih-bersih di belakang. Tapi ya nggak apa-apa Nur, kerjaanku juga lagi santai."

"La pripun jenengan itu pak. Saya lagi makan diajak jenengan kok malah tanya saya."

09.30, perjalaann memang lumayan lama. Pak Randi dan Nur sampai kebingungan dan pasrah. Sepanjang jalan memang jalan sepi, segala aktivtas pasar tidak seperti biasanya. Hanya ada gerombol-gerombol orang yang terlihat menjaga setiap persimpangan atau gang masuk kampung.

Mobil berhenti pada lahan kosong, tepatnya semak-semak di atas bukit Srowot.

"Turun Pak, ikuti saya ya."

Tanpa ada jawaban namun penuh tanda tanya. Pak Randi mulai menerka situasi yang sedang dia amati. Pikirnya ia akan terlibat dalam suatu keputusan. Dan, benar saja. Pak Randi, Nur dan dua orang tukang bersih-bersih dari instansi lain dikirim di sana untuk membuat kubangan. Entah untuk apa, mereka hanya memerintahkan kalau kubangan itu harus panjang dan dalam. Semacam untuk tempat pembuangan sampah.

11.30 Pak Randi belum istirahat, ia mulai kelelahan dan belum menunaikan salat duhur. Dipaksa hari ini juga ia menyelesaikannya.

17.30 Pak Randi meninggalkan salat wajibnya. Malah, sayup-sayup dalam cahaya yang meredup ia melihat segerombolan orang digiring menuju tempat penggaliannya. Meskipun matanya sudah minus, ia masih mengenali salah satunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun