Mohon tunggu...
Chiesa Aquinita Putri
Chiesa Aquinita Putri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja, hobi membaca, suka menulis, pecinta keadilan,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalung Bintang

12 Mei 2013   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat bangun pagi, yang teringat adalah sms semalam. Aku ambil hp, aku lihat masih belum ada pesan masuk. Aku mulai gelisah, dilanda rasa malu, jangan-jangan di meremehkan perasaan hatiku. Tapi sudah lah, aku buang jauh-jauh perasaan itu, aku pun bergegas mandi, selanjutnya buru-buru menuju sekolah.

Disekolah aku juga tidak menemukan Rendi. Aku semakin cemas, kemana ya dia? Pikirku dalam hati
“Bang!” sapa Via menghampiriku “kok pagi-pagi udah murung sih? Ada apa? Loe sakit?” tanya Via seraya menempelkan tangannya di jidatku
“gue udah nyatain perasaan gue ke Rendi?" Ucapku tak bersemangat
“loe di tolak dia?”
“kayaknya sih gitu, dia gak balas sms gue”
“sabar ya, yang penting loe udah berusaha ngungkapinnya” Via menyemangatiku “
Ucapan Via membuat aku mengangguk lesu
“udah jangan sedih lagi masa cewe tomboy super, perpaduan antara cowok dan cewe bisa cengeng kayak gini sih” canda Via sambil menghibur.
“emang ada larangan, cewek tomboy gak boleh sedih?” tanyaku manyun
“gak ada sih, tapi gak cocok sama loe” katanya nyengir
“rese lo, tapi vi, loe tau gak kenapa Rendi gak masuk?
“gak tau tuh, emangnya gue emaknya apa?” Canda Via dengan gaya yang membuatku tersenyum, aku senang banget bisa punya sahabat sebaik Via

***

Dua minggu sudah dia tidak ada kabar beritanya.
Dalam kegalauan hati, tiba-tiba HP ku berbunyi menandakan ada SMS masuk, dengan sedikit cemas aku lirik layarnya, benar saja ada sms. Aku buka, ternyata sms dari Rendi, isinya sangat singkat ;
"Gue tunggu loe di taman biasa"

Tanpa membuang waktu aku pergi menemui Rendi di Taman tempat kami biasa nongkrong. Dengan perasaan penuh kecemasan aku beranikan diri menyapanya."Selamat siang Ren"
"Siang juga Mikha"
"Kemana aja selama 2 minggu gak keliatan Ren!?" Tanyaku membuka percakapan

Rendi tak langsung menjawab, dia berdiri sambil memberi aba-aba mengajak aku berjalan menyusuri rimbunnya pohon-pohon akasia ditaman itu.


“Mikha maafin gue ya, gue gak jawab SMS loe kemaren” ucapnya sambil menggenggam tanganku “sebenarnya gue juga cinta sama elo, tapi....tapi,,,.”

Rendi seakan tak mampu melanjutkan kalimatnya
“tapi kenapa Ren?" Kejarku sambil menatap matanya yang seakan meredup
“Mikha, selama dua minggu ini gue sakit"
Aku tersentak, "sakit apa Ren?"
"Kata dokter aku terserang kanker otak, dokter juga bilang bahwa umur gue udah gak lama lagi”
Terang Rendi tanpa ekspresi

Bumi yang aku pijak seakan berputar, aku benar-benar limbung, aku genggam erat jemari Rendi yang aku dambakan untuk dapat mengisi hari indah ku, tak sadar air mataku menetes membasahi pipi.
“Rendi,, semoga apa yang barusan gue dengar hanya guyonan loe"
“Gue serius Mikha, sebenarnya gue juga gak mau lihat loe sedih, makanya gue menjauh dari loe supaya loe bisa lupain gue, maafin gue” ujarnya membenamkan kepalaku di dadanya.

Mendengar keterangan itu, aku tidak bisa menahan derasnya air mataku yang mengalir deras, menetes dibajunya.

“jujur gue tak akan bisa ngelupain loe” ucapku menangis sejadi-jadinya.
“gue tau itu, gue juga gak bisa lupain loe semudah itu” ucapnya sambil menyeka air mata yang mengalir di pipiku
“Mikha gue punya hadiah permintaan maaf buat loe” katanya sambil memberikan sebuah kotak berukuran sedang yang dihiasi pita
“nanti loe bukanya pas dirumah aja ya, dan aku ingin mengucapkan terima kasih atas kebersamaan kita yang menyenangkan selama ini.” ucapnya lagi­, kali ini dia merebahkan kepalanya di pangkuanku dengan manja
“he... hei,, ngapain,, loe apa-apaan ini?” Aku kaget dan gugup karena aksinya “Ren, Rendi, hei ini gak lucu tau, Rendi!!!” Teriakku mengoncang-goncangka­n tubuhnya, tapi tubuhnya tetap tak bergeming, air mataku makin deras menitik jatuh dipipinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun