Mohon tunggu...
Chiesa Aquinita Putri
Chiesa Aquinita Putri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja, hobi membaca, suka menulis, pecinta keadilan,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalung Bintang

12 Mei 2013   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menoleh kearah suara itu. Seketika aku tersentak menyadari cowok yang menepuk pundakku adalah Rendi sang gitaris idolaku. Tapi aku cepat menguasai diri.
“ya ampun Rendi rupanya, loe mau bunuh gue ya Ren?” ucapku pura-pura jutek, padahal jantungku berdetak kencang karena kehadirannya
“Maaf gue gak sengaja Mikha, idih serem banget muka loe saat kaget begitu” goda Rendi sambil nyengir
“Seram mana gue ama si Via?" Ledekku sambil melirik Via.
"Seram loe lagi" balas Via
"Sebagai permintaan maaf, loe harus teraktir gue ya” ucapku berusaha menutupi rasa gugupku
“siap bang!, ayo tambah lagi??” Katanya dengan gaya memberi hormat kepadaku, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya “oh ya bang gimana tadi penampilanku?”
“biasa aja tu” ucapku berbohong
“yeee abang niii, bagus la ya?" Harapnya
“iya deh bagus pake banget deh”
“Sipppp... makasih banget bang ”

Melihat dirinya tersenyum hatiku makin dag dig dug der. Pesona Senyuman yang biasanya dia tebarkan di atas panggung itu, kini merasuk dihatiku dan bertebaran di sekeliling kantin, hari itu senyumannya terasa semakin menawan. Semoga senyuman itu akan menjadi milikku. Ucap batinku penuh harap.

***

Sejak pertemuan dikantin itu aku semakin dekat sama Rendi. Hari-hariku selalu menyenangkan ketika bersamanya. Via, Rini, Dicky dan Robby selalu menjodoh kan kami, teman-teman ngeband nya pun seperti setuju. Tapi aku pura-pura acuh tak acuh.

“halo bang,” suara yang sudah tak asing itu terdengar lagi.
"Halo juga Ren"
“loe hari ini ada kegiatan apa?"
“gak ada tuh, emangnya kenapa?”Tanyaku sambil berharap sesuatu.
“gue pengen ngajak loe tanding main PS” ucapnya,
“woiii.... Asik juga tuh, ayo main dimana?” Tanyaku. Penasaran
"Dirumahku "
"Oke,, oke siapa takut"

Rendi memacu motornya dengan kecepatan sedang, tidak pelan juga tidak terlalu kencang. Memasuki komplek perumahannya mata seakan terasa sejuk oleh pemandangan pepohonan asri yang tumbuh rindang. Rumah Rendi persis berasa dipojok hook.


Motornya diparkir persih didepan pintu masuk rumah.
"Assalamualaikum” uca­p rendi sambil memasuki rumahnya
“”waalaikum salam” sambut kedua orang tuanya
"Ayo masuk bang"
Aku mengikuti aba-aba Rendi masuk dan menyalami kedua orang tua Rendi
“siapa gadis cantik ini Ren? tumben kamu bawa cewek ke rumah?. Pasti pacar kamu ya?” Goda ayah Rendi
“Namanya Mikha, teman Rendi Pa, kami mau tandingan mai game" jelas Rendi
“Baiklah kalau begitu"

Tanpa membuang waktu Rendi langsung mengambil disk sepak bola dan menyetelnya di ruang keluarga yang hanya disekat oleh lemari panjang sebagai pemisah dengan ruang tamu.

“bang,, kita taruhan coret pipi pake spidol ya” katanya bersemangat
"Gak mau ah, pasti aku yang kalah"

Lagi seru-serunya aku menendang bola, tiba-tiba aku dikagetkan oleh ibu Rendi yang ternyata memperhatikan kami bermain.
"Wah,, pintar juga anak gadis main sepak bola ya?" Sapa ibu Rendi
"Eee ibu, ini kalah terus bu sama Rendi, sudah kalah 7-1" jawabku.
"Baiklah lanjut aja ya nak, ibu mau kedapur"

Melihat ibu Rendi mau kedapur naluri perempuan ku terpanggil untuk membantu dia memasak, apalagi aku sudah bosan main PS karena kalah terus sama Rendi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun