Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 | fb: Catarina Tenny Setiastri | Saya Ibu dan guru yang menyukai perjalanan ke tempat-tempat baru yang cenderung senyap untuk mengalami dan meresapinya. Saya berinteraksi dengan alam, lingkungan sekitar, orang lokal, penggiat alam, atau dengan pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanan; saya puaskan diri dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap peristiwa yang singgah. Keajaiban yang saya percaya selalu hadir dariNya membuat saya bertumbuh menjadi lebih baik, lebih berguna, dan berkembang dalam iman saya yang tidak seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Emak Menunggu Weekend Hanya Untuk Mendaki

26 Maret 2025   23:58 Diperbarui: 26 Maret 2025   23:58 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ah.. indah yang membuat selalu ingin balik lagi (Sumber: Dokpri)

Ulalaaa... "Masih lama ga ya weekend-nya?" Pertanyaan yang terngiang di hari Selasa, bak pungguk merindukan bulan.  

Ya.. bagi sebagian orang, weekend adalah suatu keagungan dalam hidup yang benar-benar dinanti. Dan ketika weekend itu tiba, uhhhh... semua beban terasa auto terangkat, membahana, meletup-letup, meluap, serta tumpah ruah saking bahagianya. Seperti layaknya persiapan ujian tesis, semua materi, jawaban atas kisi-kisi pertanyaan, serta plan B untuk sesuatu yang tak terduga, sudah matang dipersiapkan sebelumnya, tinggal senyum dan eksekusi saat gongnya tiba. Yah mungkin semua ini bagian dari Konsistensi Merawat Kebiasaan Kecil

Seperti weekend lalu, sentakan hebat di pikiran seorang emak memaksa badan dan jiwanya untuk melakukan sebuah pendakian. Ia bangun pagi-pagi, bergegas mandi, dan memilih outfit yang pantas, bukan untuk langsung melakukan pendakian namun untuk menyapa Tuhannya dalam sebuah misa. Ia menyapaNya pk:06:00 pagi, menyurutkan rasa rindu akan firmanNya yang menguatkan. Mencari tiga perikop dan membacanya, mencari dan mewarnai ayat-ayat yang menyentuh dan menginspirasinya. Terkadang, si emak merangkumnya, seperti Saat Emak Khawatir Akan Putrinya namun tidak kali ini. Ia harus bergegas.

Haturan canang mewarnai perjalanan di hutan ini (Sumber: Dokpri)
Haturan canang mewarnai perjalanan di hutan ini (Sumber: Dokpri)

Setelah tungku imannya terisi, ia segera pulang mempersiapkan makanan untuk keluarganya. Gerakannya cepat, gesit, dan tangkas. Ia pastikan rasa nikmat meresap di setiap masakan yang ia buat. Lalu segera setelahnya, ia menatanya di meja makan dan mengambil kotak makan, menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri. Saat semua to-do-listnya sudah tercentang, saatnya ia nobatkan weekend berharganya untuk diri sendiri yang begitu ia cintai.

Pk. 09:00, si emak berangkat dengan gagah perkasa bagai Bima. Tak ada rasa bersalah sedikit pun saat ia meninggalkan keluarganya. Rumah dan dapurnya telah bersih, santapan keluarga untuk pagi dan siang haripun sudah menganga dan memanggil siap disantap. Ia tarik gas motornya dengan semangat, ia salip ribuan kendaraan yang ada dalam posisi diam. Sebenarnya ia pun tak tahu gunung mana yang ia tuju. Si emak satu ini lumayan asik, ia bukan tipe pemilih. Yang di benaknya hanyalah ia ingin melakukan pendakian dan pulang tepat waktu untuk berganti peran dengan outfit yang berbeda lagi.

Jadilah ia terdampar di sebuah basecamp dan memilih mendaki Gunung Tapak yang sesuai dengan waktu yang ia miliki. Planningnya termasuk garis keras! Ia hanya memiliki waktu 3 jam untuk naik, lalu segera kembali turun dalam 2 jam. Targetnya bukan puncak melainkan framing waktu yang tepat. Garis keras yang terkadang lupa mengecek kemampuannya: Saat Emak yang Tak Mampu Ingin ke Labuan bajo Flores

Simak perjalanan si emak ya:

Pk. 10:00, ia mulai mengayunkan kaki, melangkah dengan kecepatan yang ia mampu, tak cepat, tak gesit, namun konsisten. Kali ini tak ada trekking pole di tangan kanannya, yang ada hanyalah tongkat narsis yang menyemangati dan menyempurnakan pendakiannya. Walaupun sebenarnya yang dirindukannya hanya berjalan, namun si emak terlihat begitu sibuk dengan apa yang ia miliki. Ia mencari ranting untuk membantunya mengambil gambar. Beberapa kali mengulang foto sendiri dengan timer. Men-setting jarak kamera saat me-record perjalanannya dan berulang mencari pencahayaan yang tepat untuk mendapatkan hasil terbaik. Ia mengecek dan mengulang foto serta video jika hasilnya tak sempurna. Ia berlatih script yang ada di kepalanya, berbicara sendiri tanpa malu. Sesekali ia mendangak ke atas, takjub akan suara burung yang lebih merdu darinya, yang bernyanyi bersautan. 

Saat puas dengan hasil foto dan videonya, ia pun mulai khusuk mengulang doanya. Doa yang ia ulang terus menerus, namun kadang seketika berhenti saat menemukan angle yang cantik dan menawan. Sepanjang jalan, ia pun tergelitik untuk menyapa atau tersenyum dengan para pendaki lain, yang tentu saja jauhhhhh lebih kuat darinya. Ia juga begitu riang saat bertemu teman seperjuangan di masa usang yang sedikit termakan rayap; David - yang meskipun menjalankan puasa Ramadhan, tetap segar dan bersinar mencling, menginspirasi. Ahh.. semua aktifitas ini begitu random dan brutal untuk seorang emak.

Ketemu David, yeahhhh!! (Sumber: Dokpri)
Ketemu David, yeahhhh!! (Sumber: Dokpri)

Tapi memang benar sesuai dugaan, seberapapun aktifitas yang ia lakukan, jika sudah ke alam... membuatnya tersenyum meski lelah menyangat. Ia sampai puncak pk. 12:45, benar-benar happy karena mendapat bonus "puncak". Ia pun selebrasikan semuanya ini dengan membuat video ala-ala dan ia menikmati hasil masakan yang ia siapkan sendiri. Pk. 13:15, ia turun dengan tempo lebih kencang, berkejaran dengan hujan yang tak mau kalah, hingga sampai di basecamp pk. 14:30. Hahaha... benar-benar sesuai dengan planning, hasil Pendidikan Terbaik

Ia semakin tersenyum di tengah garing kesendiriannya. Kesendirian yang menelorkan kemewahan dalam benak dan sanubarinya. Ia menutup weekend dengan kepuasan yang merasuk sukma dan jiwanya. Si emak puas tersenyum, siap untuk weekend selanjutnya.

Simak juga indahnya pendakian Gunung Agung Bali:

Pendakian tektok Gn. Tapak, Bali:
- Waktu tempuh naik = 2 jam 45 menit
- Waktu tempuh turun = 1 jam 15 menit
- Jumlah air = 1,5 liter

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun