Ulalaaa... "Masih lama ga ya weekend-nya?" Pertanyaan yang terngiang di hari Selasa, bak pungguk merindukan bulan. Â
Ya.. bagi sebagian orang, weekend adalah suatu keagungan dalam hidup yang benar-benar dinanti. Dan ketika weekend itu tiba, uhhhh... semua beban terasa auto terangkat, membahana, meletup-letup, meluap, serta tumpah ruah saking bahagianya. Seperti layaknya persiapan ujian tesis, semua materi, jawaban atas kisi-kisi pertanyaan, serta plan B untuk sesuatu yang tak terduga, sudah matang dipersiapkan sebelumnya, tinggal senyum dan eksekusi saat gongnya tiba. Yah mungkin semua ini bagian dari Konsistensi Merawat Kebiasaan Kecil
Seperti weekend lalu, sentakan hebat di pikiran seorang emak memaksa badan dan jiwanya untuk melakukan sebuah pendakian. Ia bangun pagi-pagi, bergegas mandi, dan memilih outfit yang pantas, bukan untuk langsung melakukan pendakian namun untuk menyapa Tuhannya dalam sebuah misa. Ia menyapaNya pk:06:00 pagi, menyurutkan rasa rindu akan firmanNya yang menguatkan. Mencari tiga perikop dan membacanya, mencari dan mewarnai ayat-ayat yang menyentuh dan menginspirasinya. Terkadang, si emak merangkumnya, seperti Saat Emak Khawatir Akan Putrinya namun tidak kali ini. Ia harus bergegas.
Setelah tungku imannya terisi, ia segera pulang mempersiapkan makanan untuk keluarganya. Gerakannya cepat, gesit, dan tangkas. Ia pastikan rasa nikmat meresap di setiap masakan yang ia buat. Lalu segera setelahnya, ia menatanya di meja makan dan mengambil kotak makan, menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri. Saat semua to-do-listnya sudah tercentang, saatnya ia nobatkan weekend berharganya untuk diri sendiri yang begitu ia cintai.
Pk. 09:00, si emak berangkat dengan gagah perkasa bagai Bima. Tak ada rasa bersalah sedikit pun saat ia meninggalkan keluarganya. Rumah dan dapurnya telah bersih, santapan keluarga untuk pagi dan siang haripun sudah menganga dan memanggil siap disantap. Ia tarik gas motornya dengan semangat, ia salip ribuan kendaraan yang ada dalam posisi diam. Sebenarnya ia pun tak tahu gunung mana yang ia tuju. Si emak satu ini lumayan asik, ia bukan tipe pemilih. Yang di benaknya hanyalah ia ingin melakukan pendakian dan pulang tepat waktu untuk berganti peran dengan outfit yang berbeda lagi.
Jadilah ia terdampar di sebuah basecamp dan memilih mendaki Gunung Tapak yang sesuai dengan waktu yang ia miliki. Planningnya termasuk garis keras! Ia hanya memiliki waktu 3 jam untuk naik, lalu segera kembali turun dalam 2 jam. Targetnya bukan puncak melainkan framing waktu yang tepat. Garis keras yang terkadang lupa mengecek kemampuannya: Saat Emak yang Tak Mampu Ingin ke Labuan bajo Flores
Simak perjalanan si emak ya:
Pk. 10:00, ia mulai mengayunkan kaki, melangkah dengan kecepatan yang ia mampu, tak cepat, tak gesit, namun konsisten. Kali ini tak ada trekking pole di tangan kanannya, yang ada hanyalah tongkat narsis yang menyemangati dan menyempurnakan pendakiannya. Walaupun sebenarnya yang dirindukannya hanya berjalan, namun si emak terlihat begitu sibuk dengan apa yang ia miliki. Ia mencari ranting untuk membantunya mengambil gambar. Beberapa kali mengulang foto sendiri dengan timer. Men-setting jarak kamera saat me-record perjalanannya dan berulang mencari pencahayaan yang tepat untuk mendapatkan hasil terbaik. Ia mengecek dan mengulang foto serta video jika hasilnya tak sempurna. Ia berlatih script yang ada di kepalanya, berbicara sendiri tanpa malu. Sesekali ia mendangak ke atas, takjub akan suara burung yang lebih merdu darinya, yang bernyanyi bersautan.Â
Saat puas dengan hasil foto dan videonya, ia pun mulai khusuk mengulang doanya. Doa yang ia ulang terus menerus, namun kadang seketika berhenti saat menemukan angle yang cantik dan menawan. Sepanjang jalan, ia pun tergelitik untuk menyapa atau tersenyum dengan para pendaki lain, yang tentu saja jauhhhhh lebih kuat darinya. Ia juga begitu riang saat bertemu teman seperjuangan di masa usang yang sedikit termakan rayap; David - yang meskipun menjalankan puasa Ramadhan, tetap segar dan bersinar mencling, menginspirasi. Ahh.. semua aktifitas ini begitu random dan brutal untuk seorang emak.
Tapi memang benar sesuai dugaan, seberapapun aktifitas yang ia lakukan, jika sudah ke alam... membuatnya tersenyum meski lelah menyangat. Ia sampai puncak pk. 12:45, benar-benar happy karena mendapat bonus "puncak". Ia pun selebrasikan semuanya ini dengan membuat video ala-ala dan ia menikmati hasil masakan yang ia siapkan sendiri. Pk. 13:15, ia turun dengan tempo lebih kencang, berkejaran dengan hujan yang tak mau kalah, hingga sampai di basecamp pk. 14:30. Hahaha... benar-benar sesuai dengan planning, hasil Pendidikan Terbaik
Ia semakin tersenyum di tengah garing kesendiriannya. Kesendirian yang menelorkan kemewahan dalam benak dan sanubarinya. Ia menutup weekend dengan kepuasan yang merasuk sukma dan jiwanya. Si emak puas tersenyum, siap untuk weekend selanjutnya.
Simak juga indahnya pendakian Gunung Agung Bali:
Pendakian tektok Gn. Tapak, Bali:
- Waktu tempuh naik = 2 jam 45 menit
- Waktu tempuh turun = 1 jam 15 menit
- Jumlah air = 1,5 liter
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI