Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 | fb: Catarina Tenny Setiastri | Saya Ibu dan guru yang menyukai perjalanan ke tempat-tempat baru yang cenderung senyap untuk mengalami dan meresapinya. Saya berinteraksi dengan alam, lingkungan sekitar, orang lokal, penggiat alam, atau dengan pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanan; saya puaskan diri dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap peristiwa yang singgah. Keajaiban yang saya percaya selalu hadir dariNya membuat saya bertumbuh menjadi lebih baik, lebih berguna, dan berkembang dalam iman saya yang tidak seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Yang Ibu Lakukan Saat Khawatir akan Putrinya

24 Maret 2025   17:14 Diperbarui: 26 Maret 2025   23:19 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Cinta Ibu (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Saya tersenyum. Ada sesuatu yang berbeda dan super wow dari anak saya di pagi ini. Senyumnya berkibar-kibar tanpa rem, tatapannya ceria berapi-api, dan gerakan tubuhnya riang mencipratkan suasana yang girang. 

"Wow, you're so happy", lontaran kata pengantar saya sebelum mencium kening dan kepalanya yang harum. Ia pun memandang saya, tersenyum dalam diamnya. 

Saya tahu.. ia sedang melakukan sesi processing, mengecek apakah ibunya pantas untuk ia ceritakan tentang kabar gembira ini, apakah ini adalah waktu yang tepat untuk menceritakannya, dan apakah ibunya akan merespon sesuai dengan harapannya. 

Satu menit sesi processing fufff... terasa begitu lama, sama seperti saat melakukan plank -nyeri yang berkepanjangan namun menguntungkan bagi otot. Saya menikmati menit ini dengan deg-degkan, bukan karena tidak bisa menebak ceritanya, tapi lebih deg-degkan karena menantikan keputusan si anak - akankah ia memberi kepercayaan pada sang Ibu?

Akhirnya, ia menceritakannya. Mereka jadian tadi malam. Kirrrrr! Mereka officially jadi pacar.
"Gimana menurut Ibu?"
"Gimana apanya, Dik?"
"Ya, gimana dia?" 
"Oh... ya.. sepertinya dia anak yang care, baik.. tanggung jawab juga". Saya landaskan jawaban ini dengan apa yang saya lihat dan saya rasakan saat kami naik gunung bersama. 
"Tapi dia baik seperti itu ke semua orang lho Bu." 
"Maksud Adik?" 
"Ya... Adik jadi ga bisa ngerti, dia itu bener-bener suka atau ngga." Ia pun menceritakan keraguannya sebelum mengiyakan karena Sang Arjuna juga baik dan care ke semua orang.
"Lah trus kenapa Adik mau jadi pacarnya?"
"Hehe.. ya karena dia baik, Bu". 
"Ya udah... Berarti udah kejawab kan? Ga perlu dipikir lagi. Tinggal sekarang gimana caranya... hubungan ini bisa membuat Adik lebih semangat lagi, kan?" Ia mengangguk kecil. 
"And one more thing.. I'm happy for you, Dik". Sang ibu memastikan anaknya mendengar ungkapan perasaannya.

Wkwk, kalau Ibu peka, pas pendekatan juga bau sudah tercium (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wkwk, kalau Ibu peka, pas pendekatan juga bau sudah tercium (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Yah sebagai seorang ibu, bohong banget kalau tidak memiliki rasa khawatir saat sang anak memiliki hubungan asmara. Rasa khawatir ini bukanlah tanpa alasan.

Berita tentang remaja yang mengandung karena berhubungan terlalu jauh, postingan-postingan seks bebas tanpa saring di media sosial yang mudah diakses, dan gaya pacaran teman-temannya yang 'dianggap' modern tanpa tahu batas; semuanya bersliweran di sekitarnya. 

Saya sendiri sebagai ibu memutuskan untuk tidak melenyapkan rasa khawatir ini. Saya menggunakan rasa ini sebagai batasan dan pengingat untuk memberi nasihat sehingga sang anak tidak kebablasan. Namun, saya juga tidak mem-blow-up-nya sehingga membuat stres diri sendiri serta memporak-porandakan perasaan anak dan batas privasinya. 

Lantas, apa dong yang bisa para ibu lakukan di tengah kekhawatirannya?


Put First Thing First: Berdoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun