Sontak wajahnya memerah, rupanya ia sangat marah aku menyebut istrinya yang di Bogor. Tiba-tiba tangannya menjabakku. Kepalaku di goyang-goyang  sambil berkata.
"Apa katamu! Wanita binal! Jangan coba-coba menghancurkan rumah-tanggaku!"
Brak...
Kepalaku di benturkan pelan ke tembok. Sempat pusing, tapi aku berusaha meronta sambil membentaknya. "Kamulah yang menghancurkan hidupku. Lelaki tak punya tanggung-jawab. Banci kamu!"
Brak..
Sekali lagi kepalaku dibenturkan tapi kali ini sedikit keras membuat mataku berkunang-kunang.
"Eh, bagaimana janin ini aku yang keluarkan!" Dia mengancam seperti itu. Lalu dengan cepat ia menanggalkan pakaian hingga sampai cawat yang aku kenakan sehingga aku dalam keadaan setengah telanjang tampa bawahan.
Dia memegang perutku lalu ditekan sekuatnya membuatku kesakitan kelojotan. "Aggh....sakit Mas.!" pekikku sambil memegang lengannya.
Bukk..
Tiba-tiba perutku dipukulnya. Mataku sudah gelap karena menahan rasa sakit. Bukan hanya memukul, aku melihatnya berdiri, lalu mengangkat kakinya tinggi-tinggi. Saat itu juga:
Uggkk..