Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid Al Ihsan Yehbau, Jejak Sujud di Radius 135 Km Lintas Timur Bali

30 April 2021   02:18 Diperbarui: 30 April 2021   02:44 2277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, ketika saya melakukan perjalanan jalur timur Bali, dari Kota Denpasar ke Kota Singaraja. Bukanlah perkara mudah untuk menemukan masjid. Setidaknya, saya menemukan 3 masjid pada radius kurang lebih 80 km, yaitu dari Kota Denpasar hingga Kota Amlapura Kabupaten Karangsem.

Pada jalur ini harus melewati jalan by pass. Sepanjang jalanan hanya dipenuhi dengan toko-toko penduduk lokal. Itu pun masih jarang. Mayoritas dipenuhi dengan persawahan dan tanah kosong di sepanjang perjalanan.

Dan, ketika melewati jalur Kota Amlapura Kabupaten Karangsem hingga Singaraja Buleleng sepanjang lebih dari 130 km. Anda akan menemui banyak jalan yang menikung tajam ala pegunungan. Kemudian, anda akan melalui jalan yang berdekatan dengan pesona laut, hingga Kota Singaraja.

Dan, di jalur Amlapura hingga Singaraja ini, saya sudah pasrah. Karena, tidak mungkin menemukan keberadaan masjid. Di jalur ini bukanlah kawasan urban, melainkan penduduk lokal Bali yang beragama Hindu. Maka, untuk menemukan keberadaan masjid bagai mencari jarum dalam jerami. Sungguh susah sekali!

Setelah memasuki kawasan wisata menyelam Tulamben, saya mendengar Trisanja pukul 12 siang. Trisanja ini merupakan doa khusus agama Hindu Bali. Berbunyi dari pengeras suara pada 3 waktu yang berbeda, yaitu pukul 6 pagi, 12 siang dan pukul 6 sore. Bagi saya yang beragam Islam, Trisanja sangat membantu dalam menentukan waktu. Apalagi, jika tidak sempat membawa jam.

Ketika, Trisanja berbunyi, hati saya berkecamuk. Karena, saya beranggapan bahwa tidak akan bisa melakukan sholat fardhu tepat waktu. Otomatis, sebagai musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh. Saya diberikan keringanan oleh Allah SWT untuk melakukan sholat jama' akhir. Jika, saya bisa menemukan masjid kembali pada rentang waktu ashar.    

Alhamdulillah, Allah SWT mendengar kegelisahan saya. Seperti, pantun yang telah disebutkan di atas, Bahwa, saya berusaha untuk bisa melakukan sholat fardhu pada waktunya. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 135 km, saya melihat plang nama sebuah masjid di sebelah kiri jalan.

Plang berukuran sekitar 2m2 tersebut didominasi warna putih. Sedangkan, nama masjid didominasi warna hijau beserta arah petunjuk. Saya berbelok ke kiri kurang lebih 50 meter hingga berada di pelataran masjid yang terlihat sepi. Saya paham  karena sudah lewat waktunya sholat dhuhur tepat waktu. Apalagi, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 alias lewat dari "sholat tepat waktu". Ya sudahlah, yang penting saya bisa menemukan masjid untuk mengisi daya keimanan saya.

MASJID YANG SEDERHANA

Saya melihat 3 sepeda motor parkir di depan ruang sekretariat masjid. Sepeda motor tersebut mempunyai model yang serupa. Di bagian belakangnya terdapat keranjang warna biru. Yang berguna untuk menaruh barang bawaan. 

Juga, saya melihat 3 orang pria yang masih tertidur di teras masjid. Sepertinya, ia sang empunya 3 motor. Saya baru tahu bahwa 3 orang pria tersebut adalah orang Sunda. Terdengar dari logat yang mereka komunikasikan bersama temannya, saat semuanya bangun. Dan, dia adalah tukang kredit khas Tasikmalaya Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun