Padahal, saya sempat menyapanya. Mungkin suara saya hilang terbawa angin laut. Atau, sang bapak tukang es krim, begitu konsentrasi menghitung berapa rejeki hari ini.Â
Masjid Al Ihsan Yehbau didominasi warna merah muda pada dinding keramiknya. Dan, jendela masjidnya berwarna coklat tua pada kusennya. Di bagian masjid tersebut dipasang papan tentang kondisi keuangan masjid. Serta, poster informasi perlunya protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.
Di bagian sudut sebelah kiri masjid (bagian utara) terdapat dispenser air berwarna putih dan hitam. Di atas dispenser atau tertempel di dinding masjid tersebut terdapat kertas yang bertuliskan "Sodaqah Bebas, Silahkan Ambil".
Sedangkan, di samping dispenser tersebut terdapat beberapa perlengkapan makan dan minum. Saya menebak bahwa perlengkapan tersebut untuk berbuka puasa bersama. Â Â
Â
Melihat bedug tersebut, saya teringat ketika jadi tukang pukul bedug, saat di kampung halaman. Apalagi, jika malam takbiran, maka saya sering berebut  bersama teman. Untuk menjadi pemukul bedug andalan. Seringkali, menjadi pemukul bedug tersebut membuat telapak tangan saya "kapalan".
Mimbar masjidnya juga terlihat biasa. Didominasi warna coklat tua, bertengger indah di samping tempat sujud imam masjid. Mimbar masjid setinggi dada orang dewasa hanya berhiaskan mikropon di samping kirinya.
Di bagian atas tempat sujud imam masjid, terdapat jam digital. Warna merah jam tersebut sungguh terlihat mencolok. Saya melihatnya sudah menunjukan angka 13.37. Lantai masjid berhiaskan permadani hijau. Hanya di shof sholat yang berdekatan dengan sang imam. Sedangkan, permadani untuk lantai masjid lainnya digulung oleh takmir masjid.Â