2. Lingkungan
Lingkungan tempat manusia tinggal mempengaruhi bentuk tubuh dan kebiasaan hidup. Contohnya, masyarakat di dataran tinggi seperti Tibet memiliki kemampuan mengolah oksigen lebih baik karena adaptasi genetik terhadap ketinggian.
3. Evolusi
Kajian ini melibatkan studi tentang nenek moyang manusia, termasuk fosil-fosil hominin, untuk memahami bagaimana manusia modern (Homo sapiens) berevolusi dari makhluk-makhluk purba. Seleksi alam memainkan peran penting dalam menentukan ciri-ciri fisik yang bertahan dari generasi ke generasi.
4. Kesehatan dan Paleopatologi
Ilmu ini juga mempelajari pola penyakit pada manusia di masa lalu melalui analisis kerangka atau mumi, yang dapat memberikan wawasan tentang kehidupan sosial dan kebiasaan nenek moyang kita.
Aspek-aspek tersebut dapat diaplikasikan terhadap kehidupan sehari-hari sebagai profesi yang bisa ditekuni, seperti forensik, kesehatan publik dan pemahaman sejarah untuk pendidikan.
Secara forensik, ilmu antropologi ragawi digunakan untuk mengidentifikasi jenazah berdasarkan struktur tulang, membantu penyelesaian kasus kriminal atau arkeologi.
Untuk kesehatan publik sendiri penelitian adaptasi genetik memberikan wawasan tentang kerentanan atau resistensi terhadap penyakit tertentu, seperti malaria atau intoleransi laktosa.
Dan yang terakhir adalah pemahaman sejarah. Sebagai seorang manusia tentunya kita harus mengenal nenek moyang kita, dari mana kita berasal dan lainnya. Dengan meneliti fosil dan pola migrasi, antropologi ragawi membantu menyusun cerita lengkap tentang perjalanan manusia dari masa lalu hingga sekarang.
Antropologi ragawi memiliki peran penting dalam memahami keberagaman manusia. Ilmu ini menunjukkan bahwa perbedaan fisik bukanlah dasar untuk diskriminasi, tetapi cerminan adaptasi manusia terhadap lingkungan yang berbeda. Melalui pemahaman ini, antropologi ragawi dapat membantu mengurangi prasangka sosial terkait perbedaan fisik antar individu atau kelompok.