Mohon tunggu...
Carolus Putranto Tri Hidayat
Carolus Putranto Tri Hidayat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menghitung hari, menghitung waktu...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Saint Malo: Kota Para Bajak Laut Resmi Kerajaan Perancis

8 Mei 2012   15:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:32 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir pekan yang baru lalu saya manfaatkan untuk mengunjungi sebuah kota yang berada di bibir pantai Barat Laut Perancis, yang berhadapan dengan bagian Selatan daratan Inggris, yaitu kota Saint Malo. Kunjungan ini tidak saya lakukan sendirian tetapi bersama-sama saudara-saudari setanah air yang tergabung dalam Komunitas Katolik Indonesia di kota Paris.

Setelah lebih kurang 5 jam perjalanan Paris-Saint Malo, akhirnya kami pun tiba di tujuan. Deretan tiang kapal dan jejeran bunga musim semi yang ditata rapi menyambut kedatangan kami. Angin yang bertiup membawa udara segar dari laut lepas. Meski hujan rintik, niat menjelajahi kota berbenteng batu  ini tetap menyala.

[caption id="attachment_180160" align="aligncenter" width="300" caption="Gerbang utama kota St Malo. Koleksi pribadi"][/caption] [caption id="attachment_180167" align="aligncenter" width="300" caption="Tiang-tiang kapal yang menjulang dengan benteng kota sebagai latar belakang. Koleksi pribadi"]

1336481492176530717
1336481492176530717
[/caption]

Rangkaian acara kami awali dengan perayaan ekaristi di katedral St Vincent. Katedral bergaya gotik dan renaisans ini pernah menjadi pusat kehidupan rohani sebuah biara. Hal itu nampak dari deretan bangku yang dulu dikhususkan bagi para rahib, yang terpisah dari barisan bangku untuk umat. Dari katedral inilah sebenarnya sejarah berdirinya kota Saint Malo dapat dilacak.

Pada awal abad ke 6, St Brendan dari Irlandia dan St Aaron dari Welsh datang ke tempat ini dan mendirikan biara. Seiring perjalanan waktu, kehidupan para rahib di biara tersebut mengundang kehadiran orang banyak yang kemudian bermukim di daerah sekitar biara. Permukiman itu terus tumbuh hingga menjadi sebuah kota, yang kemudian disebut kota Saint Malo, mengikuti nama seorang abbas (pemimpin biara) setempat, St MacLow.

Seusai perayaan ekaristi di lokasi penuh sejarah itu, kami pun melakukan City tour dengan kereta kancil. Sambil mengelilingi kota dalam kereta, kami mendengarkan potongan-potongan kisah menarik berkenaan dengan kota ini. Salah satu kisah yang saya ingat adalah tentang seorang pelaut tersohor kelahiran Saint Malo yang bernama Jacques Cartiers. Dialah orang Eropa pertama yang pada abad 16 menjejakkan kaki di Montreal dan Quebec, dan menamai daratan yang ia jumpai itu Canada, yang dalam bahasa suku Indian setempat berarti "Perkampungan Kecil." Dari Saint Malo ini pula berangkat satu kelompok yang menjadi cikal bakal penduduk suatu kepulauan yang dalam bahasa Spanyol disebut Malvinas (aslinya dari bahasa Perancis, Malouines, yang artinya para warga Saint Malo).

[caption id="attachment_180212" align="aligncenter" width="300" caption="Kota Saint Malo dari kereta kancil. Koleksi pribadi"]

13364869991337651542
13364869991337651542
[/caption] Yang tidak dikisahkan selama tour keliling kota (atau mungkin terlewatkan dari perhatian saya) adalah sejarah unik kota pelabuhan ini. Keunikan ini terkait erat dengan semangat kebebasan para warganya. Dengan bangga, warga Saint Malo memproklamirkan diri bukan sebagai warga Perancis, bukan pula sebagai warga Breton, tetapi warga Saint Malo.

Semangat kebebasan yang menjadi ciri khas penduduk pantai yang berhadapan dengan laut lepas ini semakin jelas kalau kita menyimak peran yang dimainkan kota Saint Malo dalam percaturan politik Perancis. Secara khusus, kota Saint Malo adalah kota perlindungan bagi para bajak laut resmi kerajaan Perancis, atau yang biasa dikenal sebagai privateers. Kalau para bajak laut liar dapat dijatuhi hukuman gantung, para privateers ini justru diakui raja Perancis dan mendapat mandat untuk merampok kapal-kapal musuh kerajaan Perancis, seperti kapal-kapal dari kerajaan Inggris atau Spanyol. Hasil rampasan dibagi-bagi antara pihak kerajaan, para penanam modal, para awak dan pemilik kapal. Taktik ini biasanya dilakukan oleh pihak yang harus berhadapan dengan lawan yang lebih kuat di samudera. Pihak kerajaan Inggris sangat dirugikan oleh strategi yang memukul kegiatan perekonomian dan perdagangannya ini.

Salah satu privateers yang tersohor dari Saint Malo adalah Robert Surcouf , Roi des Corsaires (Raja para perompak) yang berhasil merampas 47 kapal hanya dengan mengandalkan sekelompok kecil pasukan elit dan kapal kecil yang lincah. Menurut kabar, ia mengejar korbannya sampai ke pulau Sumatera. Begitu hebatnya Surcouf di lautan, sampai Napoleon Bonaparte pernah memintanya untuk memimpin armada laut Perancis di samudera India.

[caption id="attachment_180215" align="aligncenter" width="300" caption="Patung Robert Surcouf, 12 Desember 1773-8 Juli 1827, seorang privateers tersohor dari Saint Malo. Koleksi pribadi"]

1336488571445258457
1336488571445258457
[/caption]

Setelah berkeliling dengan kereta kancil, setiap peserta mendapat jatah lebih kurang satu setengah jam untuk beraksi secara pribadi. Sebagian melakukan aksi borong-borong barang alias shooping. Yang lainnya menyerbu rumah-rumah makan alias berkuliner. Saya memilih jalan-jalan menyusuri benteng kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun