"Kenapa, aku merasa kosong... padahal semuanya terlihat baik-baik saja?"
Pernahkah kamu merasa demikian? Ditengah aktivitas yang padat, atau bahkan dalam lingkungan yang ramai, perasaan hampa itu tetap ada.
Ini bukan hanya tentang kesepian fisik, tapi kekosongan batin yang dalam perasaan bahwa ada sesuatu yang kurang, meskipun kita sendiri tak tahu pasti apa itu.
Anehnya kekosongan itu justru sering muncul saat hidup tampak baik-baik saja. Kita tidak sedang mengalami krisis besar, tapi ada kehampaan yang sulit dijelaskan.
Dan saat rasa itu datang, insting kita biasanya ingin cepat-cepat menutupinya dengan hiburan, media sosial, belanja, makanan, bahkan hubungan romantis yang instan.
Kita mencari pelarian, berharap itu bisa mengisi ruang kosong di dalam diri. Tapi setelah semua itu usai, kekosongan itu tetap ada, bahkan bisa terasa lebih sunyi.
Padahal, yang dibutuhkan bukan pelarian, tapi pemulihan. Bukan sekedar hiburan, tapi kehadiran.
Kekosongan batin bukan sesuatu yang harus ditambal dengan cepat, melainkan diselami dengan jujur. Kita perlu duduk bersama rasa itu, bukan untuk ditakuti, tapi untuk dikenali.
Sepi bukan musuh, ia adalah panggilan untuk menengok ke dalam. Mungkin ada bagian dari kita yang lelah, terluka, atau terlalu lama dipendam tanpa pernah diberi ruang untuk berbicara. Mengisi kekosongan batin dimulai dengan keberanian untuk tidak lari. Kita bisa mulai dengan menyediakan waktu dalam keheningan.
Menulis jurnal, bermeditasi, atau hanya duduk sendiri sambil merenung, bisa menjadi cara sederhana namun ampuh untuk mulai terhubung kembali dengan diri sendiri.