Beban ekonomi yang harus mereka tanggung begitu berat. Yang kemarin terlanjur ambil kredit kini cicilan terus menunggak, dan tetap harus dibayar.
Sementara kondisi pasar saat ini sangat lesu. Permintaan anjlok dan tidak ada gairah ekonomi.
Pelaku usaha mengeluhkan omset penjualan yang terus tergerus dari hari ke hari.
Dari beberapa UMKM yang mampu bertahan, hampir semuanya dalam kondisi merugi. Karena biaya produksi dan kelangkaan bahan baku.
Sedangkan di sisi pasar, daya beli konsumen terpukul dengan pendapatan yang hilang. Terutama mereka yang tidak memiliki penghasilan tetap.
Pemerintah memang telah menelurkan sejumlah program bantuan bagi UMKM untuk menjaga daya tahan pelaku usaha kecil itu.
Diantaranya bantuan modal kerja, subsidi bunga kedit, dan relaksasi bunga perbankan. Namun yang namanya bantuan tentu tidak semua UMKM memperolehnya.
Terkadang penyaluran bantuan itu juga tidak tepat sasaran meski katanya tidak ada penyimpangan.
Bantuan Presiden Usaha Mikro yang telah digelontorkan pemerintah menurut penuturan staf khusus Menkop UKM bidang pemberdayaan ekonomi kreatif sudah tersalurkan kepada 9,8 juta usaha mikro.
Usaha mikro yang berhasil mendapatkan banpres tersebut mungkin hanya atau tidak sampai 50 persen dari jumlah yang ada.
Lalu sisanya kemana mereka harus menyadarkan dirinya?