Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Menakar Geliat UMKM di Tengah Sengkarutnya Ekonomi

31 Juli 2021   08:40 Diperbarui: 31 Juli 2021   08:43 185 4
Hantaman ekonomi nasional terus menerus terjadi. Tantangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pun semakin berat.

Hanya ada dua pilihan, tetap bertahan dengan menderita kerugian atau menutup usaha menunggu pendemi berlalu. Tapi sampai kapan?

Singkatnya, suka tidak suka itulah pilihan yang tersedia. Pahit ya?

Pada fase awal munculnya pandemi di Indonesia, dampak ekonomi terhadap aktivitas UMKM belum begitu terasa.

Meskipun penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia atau fluktuasi perekonomian nasional telah berlangsung sebelum virus Corona menyerang.

Namun semakin meningkatnya penyebaran penularan covid telah menghasilkan kedaruratan ekonomi pula.

Sehingga perlahan lahan tapi pasti, perjalanan UMKM kini semakin tertatih-tatih. Bahkan tidak sedikit yang sudah bertumbangan.

Memang sejauh ini belum ada data yang akurat berapa banyak UMKM di tanah air yang terpaksa gulung tikar dan colaps karena covid.

Mungkin ini perlu segera dibuat kajian dan pemetaan secara empiris.

Jeritan rakyat kecil yang mengoperasikan usaha-usaha warung makan, pedagang kaki lima, home industry, penjual keliling, dan masih banyak lagi sudah sampai suara merdeka ke istana.

Beban ekonomi yang harus mereka tanggung begitu berat. Yang kemarin terlanjur ambil kredit kini cicilan terus menunggak, dan tetap harus dibayar.

Sementara kondisi pasar saat ini sangat lesu. Permintaan anjlok dan tidak ada gairah ekonomi.

Pelaku usaha mengeluhkan omset penjualan yang terus tergerus dari hari ke hari.

Dari beberapa UMKM yang mampu bertahan, hampir semuanya dalam kondisi merugi. Karena biaya produksi dan kelangkaan bahan baku.

Sedangkan di sisi pasar, daya beli konsumen terpukul dengan pendapatan yang hilang. Terutama mereka yang tidak memiliki penghasilan tetap.

Pemerintah memang telah menelurkan sejumlah program bantuan bagi UMKM untuk menjaga daya tahan pelaku usaha kecil itu.

Diantaranya bantuan modal kerja, subsidi bunga kedit, dan relaksasi bunga perbankan. Namun yang namanya bantuan tentu tidak semua UMKM memperolehnya.

Terkadang penyaluran bantuan itu juga tidak tepat sasaran meski katanya tidak ada penyimpangan.

Bantuan Presiden Usaha Mikro yang telah digelontorkan pemerintah menurut penuturan staf khusus Menkop UKM bidang pemberdayaan ekonomi kreatif sudah tersalurkan kepada 9,8 juta usaha mikro.

Usaha mikro yang berhasil mendapatkan banpres tersebut mungkin hanya atau tidak sampai 50 persen dari jumlah yang ada.

Lalu sisanya kemana mereka harus menyadarkan dirinya?

Pendemi covid 19 telah mengubah banyak hal dalam perekonomian domestik bahkan internasional.

Geliat UMKM saat ini lebih besar terarahkan kepada sektor digitalisasi.

E-commerce menjadi wadah yang sangat penting untuk tetap kompetitif dan menuju pemulihan ekonomi.

Sekarang semuanya serba online. Mulai dari bisnis jasa pendidikan hingga belanja sehari hari. Semua bertransaksi via online.

Menurut sebuah informasi yang dipublikasikan baru baru ini, di Indonesia sebanyak 37 persen konsumen digital telah menggunakan layanan baru saat pendemi.

Berdasarkan data tersebut berarti telah terjadi perubahan atau perpindahan kebiasaan konsumen untuk berbelanja secara digital.

Nah pertanyaannya bagaimana UMKM yang belum go digital? Seperti penjual baso kaki lima, penjual gorengan, angkringan, dll di tengah kebijakan ekonomi yang tidak jelas dan penuh ketidakpastian. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun