Frustasi dan depresi muncul karena kita merasa sudah tidak memiliki kebermaknaan hidup itu tadi. Sebab itu kunci untuk mengatasi gejala depresi akibat pandemi ini adalah menemukan kembali makna hidup kita.
Hasil penelitian Utomo dan Melyuntari (2015) menemukan adanya benang merah hubungan yang signifikan antara kebermaknaan hidup dan kestabilan emosi dengan tingkat depresi individu.
Maka dari sekarang, fokuskan pikiran dan hati kita kepada rasa syukur sebagai salah satu nilai kebermaknaan hidup. Pandemi atau apapun peristiwa lain yang terjadi disekeliling kita harus kita maknai sebagai bentuk kasih sayang Tuhan bagi umat manusia.
Berpikir positif dan bersyukur adalah dua hal yang membahagiakan hati kita. Soal hati adalah soal emosi. Maka Nabi Muhammad Saw berkata, apabila hati seorang baik maka akan baiklah seluruhnya. Ini berarti perilaku, sikap, emosional, pola pikir, dan makna hidup seseorang sangat ditentukan oleh bagaimana hatinya.(*)