Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pisang Sale Aceh Kini Menjangkau Negeri, Mengangkat Gengsi UMKM

14 November 2018   16:10 Diperbarui: 15 November 2018   14:01 1825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pisang Sale khas Aceh Besar/dokumentasi pribadi

Berawal dari melihat pisang sale yang beredar dipasar dengan tampilan kuno dan tidak pernah berubah sejak dulu. Menggugah hati Anggun Kasturi (22 tahun), untuk mencari ide bagaimana caranya untuk mengubah produk pisang sale menjadi lebih berkelas dan memiliki daya pasar yang lebih luas.

Memang, pisang sale salah satu produk yang sudah akrab dengan masyarakat Aceh. Pisang yang telah diasapi ini dan memiliki rasa legit manis tersebut telah ada sejak tempo dulu bahkan menjadi oleh-oleh khas bagi orang Aceh yang berpergian kemana saja.

Kegemaran masyarakat Aceh terhadap pisang sale karena rasanya yang manis, harumnya, dan mengkonsumsinya tidak menggaggu kesehatan bahkan menjadi lebih sehat. Kenapa? Sebab pisang sale tidak mengandung bahan pengawet, tidak memiliki zat pewarna yang berbahaya, dan yang lebih penting adalah termasuk bagian dari produk pangan.

Sentra-sentra produksi pisang sale tersebar di beberapa kawasan. Namun sentra produksi yang sudah dikenal masyarakat adalah di Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara, tepatnya di Lhok Nibong dan Panton Labu. Dua daerah tersebut sudah menjadi ikon produk pisang sale.

Banyak perajin pisang sale yang menggantungkan harapan hidup mereka pada produk tersebut. Bahkan hampir seluruh biaya hidup mereka diperoleh dari usaha pisang sale. Sehingga kabupaten ini pun menghasilkan banyak pelaku usaha UMKM bidang produksi, dan penjualan pisang sale.

Hingga kini berdasarkan data yang saya peroleh dari dinas industri dan perdagangan, UMKM Kabupaten Aceh Utara terdapat 203 UMKM yang fokus berusaha pada komoditas pisang sale, mulai dari penjual pisang, pengolah, sampai penjual. Ada yang sebagian hanya khusus dalam perdagangan saja.

Usaha yang mereka jalankan tergolong sudah turun temurun. Sehingga dalam konteks kekinian, hampir tidak ada inovasi pada usaha pisang sale, baik pada alat produks, kemasan, dan upaya pemasaran masih dilakukan dengan cara-cara lama dan tradisonal. Jangkauannya pun terbatas pada pasar lokal dan daerah.

Inilah awal Anggun Kasturi merasa terpanggil untuk menjadikan oleh-oleh khas lokal tersebut agar lebih dikenal sampai ke pelosok negeri. Berkat usaha kerasnya, kini pisang sale pun sudah dikenal secara nasional. Produknya kini sudah dinikmati dan sangat disukai pula oleh masyarakat Indonesia hingga ke luar negeri, seperti Brunei Darussalam dan Malaysia.

Tidak hanya itu, karena kesungguhannya mengembangkan produk lokal menjadi lebih modern di pasar, Anggun Kasturi pernah diundang dalam sebuah acara televisi swasta nasional yang hostnya Andy F. Noya beberapa bulan lalu. Dan itu membuat dia sangat surprise.

Anggun Kasturi (22 tahun), sedang berbagi ilmu dan pengalamannya dalam merintis usaha pisang sale di rumahnya di Kawasan Aceh Besar/dokumentasi pribadi
Anggun Kasturi (22 tahun), sedang berbagi ilmu dan pengalamannya dalam merintis usaha pisang sale di rumahnya di Kawasan Aceh Besar/dokumentasi pribadi
Bahkan dia tidak menyangka kalau apresiasi yang bakal diterimanya akan seperti ini. Apalagi Anggun mengembangkan sistim pemasaran daring (online) melalui sebuah e-commerce besar di Indonesia. Membuat penjualannya menjangkau seluruh pelosok nusantara.

Ditambah lagi ia sebagai lulusan telekomunikasi informatika, tentu semakin mendukung dirinya untuk mengoptimalkan manfaat internet dan teknologi untuk memperkenal pisang sale secara lebih luas lagi. Dengan begitu akan semakin banyak masyarakat yang ingin mencicipi rasa legitnya pisang sale.

Meskipun produk pisang sale pada awalnya hanya dikenal di daerah lintas timur dan utara Aceh saja. Namun berkat ketekunan Anggun mengenalkannya, saat ini pisang sale juga sudah dapat diproduksi di Kabupaten Aceh Besar. Karenanya kalau disebut pisang sale, berarti sudah menjadi ikon pula bagi Aceh Besar.

Pada saat merintis usaha pisang sale tersebut, Anggun dan menghadapi banyak tantangan. Karena membuat sesuatu yang belum pernah dicoba, tentu memiliki kesulitan tersendiri. Dan ia pun sempat tidak percaya diri ketika memulai usaha pisang sale ini.

Namun karena Anggun mempunyai semangat juang tinggi, ia tidak menyerah begitu saja. Menurut dirinya, agar tidak mengalami kegagalan, ia selalu berdiskusi dengan ibunya yang kini menjadi manajer pada usaha pisang sale yang diberi nama "Rizky". Dengan resep yang disarankan ibunyalah lalu Anggun mencoba memproduksikan secara perlahan-lahan.

Sambil ia belajar untuk benar-benar menguasai secara lebih detil tentang produk pisang sale. Anggun pun tidak segan-segan untuk belajar tentang seluk beluk ilmu berbisnis. Melalui komunitas bisnis yang ia ikuti dan bahkan menjadi salah seorang pengurusnya, aktif menggelar diskusi-diskusi dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka.

Alhasil, berbagai ide baru yang kreatif dan inovatif bermunculan dalam konsep bisnisnya. Sehingga Anggun terpikir untuk membuat sebuah kotak kemasan yang menarik bagi produknya. Tidak seperti selama ini, pisang sale hanya dijual curahan dengan kemasan plastik kresek saja.

Alasan Anggun membuat kotak kemasan agar pembeli dapat dengan mudah membawanya kemana saja tanpa kuatir produk akan kotor, kena debu, atau terkontaminasi dengan mikroba dari lingkungan yang membuat produk tidak sehat lagi untuk dikonsumsi.

Selain itu dari sisi marketing, dengan adanya kemasan yang bagus membuat produk semakin menarik. Sehingga akan semakin menambah daya tarik pasar atau konsumen untuk membeli. Inilah upaya Anggun bagaimana caranya agar pisang sale menjadi lebih terkenal dan akrab dengan masyarakat Indonesia bahkan hingga ke negeri jiran.

Dan hebatnya usaha dan kerja keras Anggun membuahkan hasil. Sekarang ini pisang sale sudah memiliki pelanggan hingga ke Jakarta, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Kuala Lumpur Malaysia. Melalui unit usaha "Rizky" sekaligus sebagai brand, setiap hari Anggun harus mengirimkan pesanan pelanggan-pelanggan hingga menjangkau negeri.

Berdasarkan penuturan Anggun saat kami berkunjung ketempat usahanya, "untuk pengiriman dalam negeri, saya menggunakan jasa pengiriman JNE". Kata Anggun.

Menurut Anggun mengapa ia menggunakan jasa pengiriman JNE karena, lebih cepat, aman, terjamin sampai ke pelanggan tepat waktu, dan pelayanan di JNE Banda Aceh sangat baik dan ramah. Itulah alasannya. Hampir tidak pernah ada pelanggannya yang komplain karena masalah pengiriman. Anggun senang bekerja sama dengan JNE.

Harapan Anggun kedepan semoga kualitas layanan JNE dapat dipertahankan. Jika bisa harga pengiriman bisa lebih murah lagi (Anggun sambil senyum-senyum mengatakan ini). Sehingga pelaku UMKM bisa lebih terbantu. Artinya sharing profit-lah kata Anggun.

Berbagi ilmu dan pengalaman

Sosok Anggun, meskipun tubuhnya mungil. Namun gadis manis berkulit putih mulus ini ternyata seorang pengusaha muda yang tidak pelit ilmu. Anggun senang berbagi ilmu dan pengalamannya dalam berbagai hal, termasuk dalam masalah bisnis.

Dengan usaha yang digelutinya tersebut, ia mampu meraup omzet hingga 40-50 juta perbulan. Penjualan sebesar itu hanya pada hari-hari normal. Jika ada even tertentu bahkan bisa lebih hingga 60 juta. Misalnya ada even pekan kebudayaan Aceh seperti bulan Agustus yang lalu, musim liburan, dan order khusus.

Meskipun sudah tergolong sukses namun Anggun masih bersedia menerima siapa saja untuk datang dan belajar bersamanya. Bahkan sering juga diundang ke kampus-kampus memberikan seminar kewirausahaan atau sekedar sharing pengalaman. Masalah honor, bagi Anggun bukan yang utama, yang penting adalah bagaimana upaya kita agar jumlah anak muda yang mau terjun ke dunia usaha lebih meningkat dari tahun ke tahun.

Para peserta, mahasiswa dari sebuah kampus tekun mendengarkan sesi sharing dengan Anggun Kasturi/dokumentasi pribadi
Para peserta, mahasiswa dari sebuah kampus tekun mendengarkan sesi sharing dengan Anggun Kasturi/dokumentasi pribadi
Ternyata visi ia sangat sejalan dengan Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah bahwa pelaku usaha harus semakin meningkat jumlahnya di Aceh. Sebab menurut beliau, peran UMKM sangat besar dalam perekonomian daerah dan nasional. Karena itu Pemerintah Aceh membuat sebuah program khusus bagi pengembangan UMKM kedepan.

Berdasarkan data tahun 2016, jumlah UMKM di Aceh mencapai 75.207 unit, meningkat pesat jika dibanding tahun 2014 yang hanya sebesar 48.882 unit. Umumnya UMKM ini bergerak dalam bidang perdagangan, jasa, pertanian, pertambangan, industri, perikanan, transportasi dan peternakan.

Dengan jumlahnya yang demikian besar, maka potensi ekonomi juga besar. Bayangkan jika setiap 1000 UMKM ada 10 persen saja yang bisa go nasional dan go internasional. Wah luar bisa, akan sangat mendongkrak sektor-sektor industri lainnya untuk bergerak. Misalnya penyedia bahan baku, jasa pengiriman, dan pembukaan lapangan kerja baru.

Oleh sebab itu seyogyanya potensi UMKM harus dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh pihak berkepentingan. Bukan hanya akan memperoleh keuntungan secara ekonomi namun juga memberikan benefit secara sosial. Dan jangan lupa satu lagi, teori McCleland yang mengatakan bahwa sebuah negara akan makmur jika terdapat 2 persen saja jumlah wirausaha dari total penduduk dinegara tersebut.

Photo bersama dengan seluruh peserta setelah sesi sharing knowledge berlangsung/dokumentasi pribadi
Photo bersama dengan seluruh peserta setelah sesi sharing knowledge berlangsung/dokumentasi pribadi
Akhirnya saya ingin mengatakan mari kita dukung UMKM kita agar mampu berdaya saing ditengah kompetisi global dan pasar bebas yang demikian terbuka. Kepada JNE terima karena Anda peduli pada UMKM Indonesia. Bravo JNE.

Salam***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun