Mohon tunggu...
Wayan Eka Candra Dewi
Wayan Eka Candra Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jalan Menuju Pengetahuan Tertinggi tentang Tuhan

8 September 2025   09:49 Diperbarui: 8 September 2025   09:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Brahma Widya

Pendahuluan

Dalam tradisi Hindu, pengetahuan selalu ditempatkan sebagai jalan menuju kebebasan. Namun, tidak semua pengetahuan memiliki bobot yang sama. Ada pengetahuan yang mengurusi urusan sehari-hari, seperti keterampilan bertani atau berdagang, dan ada pula pengetahuan yang menyentuh inti kehidupan manusia: hubungan dengan Tuhan. Pengetahuan inilah yang disebut Brahma Widya.

Brahma Widya berarti "ilmu tentang Brahman", yaitu pengetahuan tertinggi yang membahas hakikat Tuhan, baik yang tak terbayangkan (Nirguna Brahman) maupun yang dekat dengan kehidupan manusia (Saguna Brahman). Ia bukan sekadar wacana akademis, melainkan juga peta spiritual yang menuntun manusia menuju moksha, kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian.

Artikel ini akan membahas Brahma Widya dengan tiga kacamata: fondasi teologisnya, pemaknaannya dalam filsafat Hindu, serta praktiknya dalam kehidupan beragama.

1. Brahma Widya dalam Teologi Hindu

Brahma Widya dipahami sebagai cabang teologi Hindu yang menekankan pencarian hakikat Tuhan. Teologi ini menolak reduksi terhadap Tuhan hanya sebagai sosok yang personal atau impersonal. Ia justru memadukan keduanya.

Nirguna Brahman: Tuhan tanpa atribut, tak terbatas oleh ruang, waktu, ataupun pikiran manusia. Inilah realitas mutlak, yang hanya bisa dicapai lewat pengalaman mistis dan meditasi.

Saguna Brahman: Tuhan yang beratribut, yang dihadirkan dalam bentuk dewa-dewa seperti Indra, Mitra, atau Varuna. Saguna Brahman membuat Tuhan lebih mudah dipahami, disembah, dan didekati oleh umat manusia.

Konsep ini memperlihatkan fleksibilitas luar biasa. Umat yang membutuhkan simbol akan menemukan Tuhan dalam Saguna Brahman, sedangkan para pencari spiritual bisa menembus batas simbol menuju Nirguna Brahman. Dengan demikian, Brahma Widya tidak meniadakan jalan mana pun, tetapi menggabungkan keduanya dalam satu kesatuan.

2. Fondasi Filsafat: Brahma Widya dan Vednta

Secara filosofis, Brahma Widya identik dengan ajaran Vednta, khususnya yang termuat dalam Upanishad. Di sana, Brahman dijelaskan sebagai realitas tunggal di balik segala keberagaman dunia---realitas yang tidak lahir, tidak mati, dan menjadi dasar dari seluruh eksistensi. Pemahaman ini menempatkan Brahma Widya sebagai inti dari filsafat Hindu, karena ia tidak sekadar berbicara tentang Tuhan sebagai objek keimanan, melainkan sebagai hakikat terdalam dari semua yang ada.

Upanishad membagi pengetahuan manusia ke dalam dua kategori:

Apara Vidya: pengetahuan duniawi---meliputi ilmu pengetahuan, seni, teknologi, keterampilan, dan seluruh aktivitas intelektual yang membantu manusia mengelola kehidupan.

Para Vidya: pengetahuan rohani---pengetahuan yang langsung mengarah pada pemahaman Brahman sebagai sumber dan tujuan hidup.

Keduanya bukanlah wilayah yang terpisah total, tetapi saling melengkapi. Apara Vidya memberi manusia bekal untuk hidup secara layak di dunia, sementara Para Vidya menunjukkan arah akhir yang transenden. Brahma Widya hadir sebagai jembatan yang menyatukan keduanya. Dengan demikian, mempelajari Brahma Widya berarti tidak menolak ilmu duniawi, melainkan menempatkannya dalam kerangka spiritual yang lebih luas.

Filsafat ini menyingkap watak komprehensif Hindu. Ia mengajarkan bahwa tidak ada dikotomi mutlak antara ilmu duniawi dan ilmu rohani---semuanya bisa menjadi jalan menuju Brahman, asalkan digunakan dengan kesadaran. Misalnya, seni tari, musik, atau arsitektur yang berkembang di Bali bukan hanya ekspresi estetis, tetapi juga wahana untuk merasakan kehadiran Brahman. Begitu pula perkembangan pengetahuan modern seperti sains atau teknologi, selama tidak melepaskan nilai etis dan spiritual, tetap dapat dipandang sebagai bagian dari perjalanan menuju kebenaran tertinggi.

Karena itu, Brahma Widya menolak klaim jalan tunggal. Ia menekankan bahwa banyak pintu bisa mengantar manusia ke rumah yang sama. Para bijak bisa menempuh jalan pengetahuan, bhakta menempuh jalan pengabdian, pekerja sosial menempuh jalan tindakan tanpa pamrih---dan semuanya bermuara pada realisasi Brahman. Inilah yang membuat Brahma Widya relevan tidak hanya di masa lalu, tetapi juga di tengah dunia modern yang penuh keberagaman.

3. Tujuan Utama: Moksha

Brahma Widya bukan sekadar studi intelektual. Tujuan akhirnya adalah moksha---pembebasan dari siklus samsara. Moksha berarti penyatuan dengan Brahman, di mana individu tidak lagi terikat oleh karma dan kelahiran ulang.

Dalam kerangka ini, belajar Brahma Widya sama dengan menyiapkan jiwa untuk terbebas. Segala ritual, doa, meditasi, maupun diskusi filsafat hanyalah sarana. Yang utama adalah transformasi diri.

Bagi penganut Hindu, mempelajari Brahma Widya berarti memandang hidup dengan perspektif baru: bahwa segala sesuatu bersumber pada Tuhan, dan bahwa kesadaran diri sejatinya adalah kesadaran akan Brahman.

4. Jalan-Jalan Menuju Realisasi Brahma Widya

Artikel-artikel yang membahas Brahma Widya umumnya menyinggung soal yoga sebagai jalan praktis untuk merealisasikannya. Dalam tradisi Hindu, yoga bukan sekadar latihan fisik, tetapi sebuah disiplin hidup yang bertujuan menyatukan kesadaran manusia dengan kesadaran tertinggi. Terdapat empat jalur utama yang masing-masing sesuai dengan kecenderungan batin seseorang:

1. Karma Yoga

Jalan pengabdian melalui tindakan tanpa pamrih. Ajaran ini menekankan bahwa bekerja bukanlah semata-mata demi hasil duniawi, melainkan sebagai persembahan kepada Brahman. Seorang petani yang menanam padi dengan penuh ketulusan, seorang guru yang mengajar tanpa pamrih, atau seorang pelayan masyarakat yang menolong sesama dengan hati ikhlas---semuanya sedang menapaki jalan Karma Yoga. Dengan cara ini, aktivitas sehari-hari tidak lagi sekadar rutinitas, tetapi menjadi sarana spiritual.

2. Bhakti Yoga

Jalan cinta kasih dan pengabdian kepada Tuhan. Bhakti Yoga menekankan hubungan personal yang penuh rasa cinta antara manusia dan Brahman. Ekspresinya bisa berupa doa, nyanyian pujian (bhajan), atau ritual sembahyang. Namun lebih dari itu, Bhakti Yoga adalah sikap batin: rasa syukur, kerendahan hati, dan kesadaran bahwa segala sesuatu berasal dari dan kembali kepada Tuhan. Di masyarakat Hindu Bali, misalnya, tradisi ngaturang canang sari setiap hari bukan hanya kewajiban ritual, tetapi juga wujud Bhakti Yoga yang sederhana sekaligus mendalam.

3. Jnana Yoga

Jalan pengetahuan, refleksi, dan kontemplasi filosofis. Jnana Yoga biasanya ditempuh oleh mereka yang punya kecenderungan intelektual. Ia melibatkan studi mendalam terhadap kitab suci, perenungan tentang hakikat diri (Atman), serta penyelidikan rasional tentang realitas tertinggi (Brahman). Proses ini menuntut kerendahan hati, sebab pengetahuan sejati bukanlah akumulasi informasi, melainkan transformasi kesadaran. Dengan Jnana Yoga, seseorang belajar membedakan antara yang sementara (maya) dan yang abadi.

4. Dhyana Yoga

Jalan meditasi, pengendalian pikiran, dan perenungan batin. Melalui latihan konsentrasi dan keheningan, Dhyana Yoga membantu manusia menembus lapisan pikiran yang penuh distraksi hingga menyatu dengan kesadaran murni. Dalam praktiknya, ini bisa berupa meditasi duduk, pengaturan pernapasan (pranayama), atau kontemplasi atas simbol-simbol suci. Bagi banyak orang modern yang hidup di tengah hiruk-pikuk, Dhyana Yoga menjadi sarana untuk menemukan pusat ketenangan sekaligus jalan menuju realisasi Brahman.

Meskipun berbeda cara, semua jalan ini berujung pada satu tujuan: realisasi Brahman. Inilah bukti bahwa Brahma Widya tidak hanya relevan bagi kaum cendekiawan atau rohaniwan, tetapi juga bagi siapa saja yang sungguh-sungguh mencari Tuhan. Seorang pekerja, seniman, ilmuwan, atau ibu rumah tangga---semuanya bisa berjalan menuju kesadaran tertinggi sesuai dengan kecenderungan dan jalan hidup masing-masing. Brahma Widya mengajarkan bahwa tidak ada satu jalur yang lebih tinggi dari yang lain; semua adalah ekspresi sah dari perjalanan menuju sumber yang sama.

5. Dimensi Sosial dan Budaya Brahma Widya

Walaupun tampak sebagai pengetahuan spiritual, Brahma Widya juga memiliki dampak sosial. Pemahaman bahwa semua jalan bermuara pada Brahman melahirkan sikap inklusif. Hindu menjadi agama yang melihat perbedaan bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai variasi cara manusia mendekati Tuhan.

Di Bali misalnya, pluralitas tercermin dalam ritual-ritual yang bisa diikuti oleh siapa saja. Begitu pula dalam tradisi akademis, Brahma Widya mendorong dialog lintas ilmu dan lintas agama. Sikap ini sangat penting dalam konteks Indonesia yang majemuk.

Dengan demikian, Brahma Widya bukan hanya soal kesadaran pribadi, tetapi juga fondasi etis bagi kerukunan sosial.

6. Brahma Widya dalam Refleksi Akademis

Salah satu sumber tentang Matrikulasi Brahma Widya memperlihatkan sisi personal dari studi ini. Penulis mengakui bahwa menulis tentang Brahma Widya bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kerendahan hati, karena pemahaman tentang Tuhan adalah proses yang tidak pernah final.

Sikap ini penting untuk dicatat. Brahma Widya bukan menara gading yang sempurna, melainkan perjalanan yang selalu berkembang. Setiap orang yang belajar akan membawa perspektifnya masing-masing, dan dari sanalah kekayaan pengetahuan ini terus hidup.

7. Menghindari Bahaya Komodifikasi

Seperti halnya aspek lain dari agama, Brahma Widya juga berpotensi disalahpahami atau disalahgunakan. Ada risiko ia dijadikan slogan kosong, atau dibatasi hanya pada diskusi akademis tanpa praktik nyata.

Bahaya lain adalah menjadikan ajaran Brahma Widya sekadar alat politik atau komoditas budaya. Jika itu terjadi, maka inti kesakralannya akan hilang. Karena itu, penting untuk selalu menekankan bahwa Brahma Widya adalah jalan spiritual menuju moksha, bukan sekadar simbol identitas atau kebanggaan dangkal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun