Secara filosofis, Brahma Widya identik dengan ajaran Vednta, khususnya yang termuat dalam Upanishad. Di sana, Brahman dijelaskan sebagai realitas tunggal di balik segala keberagaman dunia---realitas yang tidak lahir, tidak mati, dan menjadi dasar dari seluruh eksistensi. Pemahaman ini menempatkan Brahma Widya sebagai inti dari filsafat Hindu, karena ia tidak sekadar berbicara tentang Tuhan sebagai objek keimanan, melainkan sebagai hakikat terdalam dari semua yang ada.
Upanishad membagi pengetahuan manusia ke dalam dua kategori:
Apara Vidya: pengetahuan duniawi---meliputi ilmu pengetahuan, seni, teknologi, keterampilan, dan seluruh aktivitas intelektual yang membantu manusia mengelola kehidupan.
Para Vidya: pengetahuan rohani---pengetahuan yang langsung mengarah pada pemahaman Brahman sebagai sumber dan tujuan hidup.
Keduanya bukanlah wilayah yang terpisah total, tetapi saling melengkapi. Apara Vidya memberi manusia bekal untuk hidup secara layak di dunia, sementara Para Vidya menunjukkan arah akhir yang transenden. Brahma Widya hadir sebagai jembatan yang menyatukan keduanya. Dengan demikian, mempelajari Brahma Widya berarti tidak menolak ilmu duniawi, melainkan menempatkannya dalam kerangka spiritual yang lebih luas.
Filsafat ini menyingkap watak komprehensif Hindu. Ia mengajarkan bahwa tidak ada dikotomi mutlak antara ilmu duniawi dan ilmu rohani---semuanya bisa menjadi jalan menuju Brahman, asalkan digunakan dengan kesadaran. Misalnya, seni tari, musik, atau arsitektur yang berkembang di Bali bukan hanya ekspresi estetis, tetapi juga wahana untuk merasakan kehadiran Brahman. Begitu pula perkembangan pengetahuan modern seperti sains atau teknologi, selama tidak melepaskan nilai etis dan spiritual, tetap dapat dipandang sebagai bagian dari perjalanan menuju kebenaran tertinggi.
Karena itu, Brahma Widya menolak klaim jalan tunggal. Ia menekankan bahwa banyak pintu bisa mengantar manusia ke rumah yang sama. Para bijak bisa menempuh jalan pengetahuan, bhakta menempuh jalan pengabdian, pekerja sosial menempuh jalan tindakan tanpa pamrih---dan semuanya bermuara pada realisasi Brahman. Inilah yang membuat Brahma Widya relevan tidak hanya di masa lalu, tetapi juga di tengah dunia modern yang penuh keberagaman.
3. Tujuan Utama: Moksha
Brahma Widya bukan sekadar studi intelektual. Tujuan akhirnya adalah moksha---pembebasan dari siklus samsara. Moksha berarti penyatuan dengan Brahman, di mana individu tidak lagi terikat oleh karma dan kelahiran ulang.
Dalam kerangka ini, belajar Brahma Widya sama dengan menyiapkan jiwa untuk terbebas. Segala ritual, doa, meditasi, maupun diskusi filsafat hanyalah sarana. Yang utama adalah transformasi diri.
Bagi penganut Hindu, mempelajari Brahma Widya berarti memandang hidup dengan perspektif baru: bahwa segala sesuatu bersumber pada Tuhan, dan bahwa kesadaran diri sejatinya adalah kesadaran akan Brahman.
