Mohon tunggu...
Campaign RoKOK Enak?
Campaign RoKOK Enak? Mohon Tunggu... -

Dalam proses belajar di LSPR jurusan Public Relations, terdapat mata kuliah Creative Public Relations and Publicity. Dalam mata kuliah ini setiap mahasiswa berpartisipasi dalam membuat kampanye untuk meningkatkan kesadaran terhadap berbagai hal penting dalam kehidupan sosial masyarakat sehingga kampanye tersebut layak didistribusikan melalui media massa. Kami memilih judul kampanye “RO(KOK) ENAK?” karena menurut riset yang telah dilakukan sebelumnya, di Jakarta terdapat banyak masyarakat kelas C yang menggeser posisi makanan dalam kebutuhan pokoknya dengan rokok. Melalui kampanye ini, kami ingin membuktikan kebenaran hasil-hasil riset tersebut sekaligus meningkatkan kesadaran masyrakat untuk mengembalikan makanan sebagai kebutuhan pokok mereka.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kata Mereka, Lebih Baik Menahan Lapar daripada Tidak Merokok

10 Januari 2017   18:53 Diperbarui: 10 Januari 2017   19:17 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan primer seperti sandang, papan, dan pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi oleh manusia. Namun fakta yang terjadi saat ini adalah masyarakat Indonesia telah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan dalam mengkonsumsi rokok, yaitu sebanyak 90 juta orang di Indonesia menjadikan rokok sebagai bagian dari kebutuhan primer. Dan mirisnya, hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia setiap tahunnya juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, jumlah penduduk miskin di Ibu Kota ini, kian terus mengalami peningkatan. Rokok telah menjadi salah satu kontribusi terbesar pada garis kemiskinan di tanah air. Kini, makanan pokok bukan lagi kebutuhan utama bagi mereka. Penghasilan pas-pasan yang mereka dapatkan pada akhirnya digunakan untuk membeli rokok terlebih dahulu. Masyarakat semakin beranggapan bahwa rokok merupakan alat sosial untuk bergaul dengan teman-teman mereka, serta alat untuk mengurangi stres.

Kampanye Sosial

Untuk meningkatkan kesadaran akan lebih pentingnya makanan dibanding rokok serta mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap rokok, mahasiswa London School of Public Relations (LSPR) - Jakarta membuat sebuah kampanye bernama “Ro(Kok) Enak?”.

gift-5874d0b6d87a6171159ab698.jpg
gift-5874d0b6d87a6171159ab698.jpg
Kampanye dilakukan dengan turun ke lapangan untuk melakukan riset yang bertujuan untuk membuktikan prioritas antara rokok dan makanan bagi para perokok, khususnya masyarakat dengan level ekonomi C di Jakarta. Kami mengajak perokok di Jakarta untuk menukarkan rokok yang mereka miliki dengan makanan. Kemudian, hasil riset tersebut kami bagikan kepada masyarakat. Mengingat besarnya peranan social media dalam mempengaruhi aspirasi masyarakat di Jakarta, kampanye ini disosialisasikan melalui Facebook, Twitter, dan Youtube untuk menjangkau masyarakat lebih luas.

Riset ini dilakukan pada tanggal 24-30 November 2016, menjangkau sebanyak 100 sampel perokok di 5 wilayah DKI Jakarta. Dengan mengajukan berbagai pertanyaan tentang latar belakang mereka merokok hingga berapa banyak puntung rokok yang mereka habiskan dalam sehari, lalu kami menawarkan untuk menukarkan rokok mereka dengan makanan. 

Dari 20 sampel yang kami tetapkan per-daerah di Jakarta, diketahui bahwa sebagian besar perokok dengan level ekonomi rendah di Jakarta lebih memilih untuk menahan lapar dibanding menahan untuk tidak menghisap rokok.

Seperti di daerah Cengkareng, Jakarta Barat, hanya 3 sampel yang mau menukarkan rokoknya dengan makanan. Di daerah Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur memiliki hasil yang sama dengan daerah Mangga Dua, Jakarta Utara, yaitu terdapat 4 sampel yang bersedia menukarkan rokok dengan makanan. Sedangkan di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat, terdapat 5 sampel yang lebih memilih makanan dibanding rokok. Hasil terbanyak kami temukan di daerah Blok M, Jakarta Selatan, yaitu sebanyak 6 sampel yang rela menukarkan rokoknya dengan makanan.

Salah satu seniman di kawasan Blok M menyatakan bahwa rokok berguna sebagai teman berkreasi untuk mendapatkan inspirasi. Biasanya rokok ini juga menjadi teman ngopi atau teman sehabis makan. Pendapat lain diungkapkan oleh Bapak Rudi, “Daripada tuker rokok sama makanan, mendingan saya tambah kopi sama rokoknya.” Bagi para perokok yang sudah kecanduan, rokok dijadikan sebagai alasan untuk menghilangkan stress. Rokok juga dikatakan memiliki sensasi tersendiri yang membuat tenang, seperti pernyataan Bapak Jefri, “Lebih suka ngerokok dibandingkan makan, sayang kalau rokoknya dituker. Kalo ngerokok ada kenikmatan tersendiri.

Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh tim kampanye "Ro(Kok) Enak?", dari 100 sampel, hanya 17 orang yang ingin menukarkan sisa rokok yang mereka miliki dengan makanan. Sebanyak 22 sampel ingin menukarkan rokoknya dengan makanan, namun mereka tidak memiliki sisa rokok karena cenderung membeli per-batang dibanding per-bungkus. Dan sebanyak 61 sampel sama sekali tidak ingin menukarkan rokoknya dengan makanan meskipun mereka mengetahui fakta bahwa makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Dengan harga yang sama antara 1 porsi makanan dan 1 bungkus rokok (Rp 15.000 - Rp 20.000), posisi makanan yang memberikan energi untuk beraktifitas digeser dengan kegiatan merokok yang selain membuang uang juga membuat tubuh menjadi tidak sehat. 

Para perokok mengaku mengalami kesulitan dalam berhenti merokok. Kebanyakan dari mereka mengatakan niat yang sudah dimiliki menjadi susah saat dijalankan. Seorang penjual kelapa di Jakarta Barat yang kami wawancarai menyatakan, “Kalau pabriknya ditutup ya baru berhenti merokok.” 

Dininya memulai kebiasaan merokok menjadi salah satu faktor pendukung kebiasaan merokok sulit untuk dihilangkan. 52 dari 100 sampel perokok menyatakan sudah menghisap rokok sebelum menginjak usia 21 tahun. 

Tim kampanye “Ro(Kok) Enak?” berharap, masyarakat tidak hanya sekedar mau menukarkan rokok mereka dengan makanan melainkan benar-benar menggeser prioritas mereka akan rokok, agar dapat meningkatkan kesehatan dan taraf hidup masyarakat.

Ingat! Rokok bukan makananmu! 

Salam Jakarta Bebas Rokok!

Penulis: Clara Frameta Tauriksa, Daniel Koesna, Febriana, Felicia Canda Kentjana, Stefanie Nathania Ophelia.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun