Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis

Historia Magistra Vitae (Sejarah adalah guru bagi kehidupan)

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Berkembangnya Komedi Kritik dan Tersumbatnya Saluran Aspirasi

5 September 2025   20:50 Diperbarui: 6 September 2025   14:08 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personil Warkop DKI, Indro (kiri), Dono (kedua kiri), dan Kasino. (Sumber foto: Kompas/Rudy Badil)

Fungsi primer kesenian ludruk adalah digunakan dalam upacara adat dan ritual tertentu, estetis, dan sarana hiburan rakyat. Saat masa-masa perjuangan melawan penjajah, ludruk juga berfungsi sebagai alat perjuangan meraih kemerdekaan, sekaligus sebagai media kritik sosial kepada pemerintah Hindia Belanda saat itu. Sementara fungsi sekunder ludruk antara lain sebagai sarana pendidikan, penguat solidaritas, mengajarkan kebijaksanaan, dan lain-lain.

Adapun kritik sosial pada gelaran ludruk disampaikan melalui parikan atau pantun, yang dikemas secara halus.

Berlanjut pada masa penjajahan Jepang, salah satu parikan yang terkenal menjadi simbol perjuangan adalah:

Bekupon omahe doro, melok Nippon tambah soro

(Pagupon rumah burung dara, ikut Jepang tambah sengsara)

Parikan itu justru menjadi bumerang bagi sang seniman, Cak Durasim. Ia ditangkap oleh serdadu Jepang atas laporan mata-mata pribumi yang mengikuti kiprah keseniannya.

Cak Durasim pun dijebloskan ke Penjara Genteng Kali, Surabaya, hingga mengembuskan napas terakhir di tempat itu. Namanya kini diabadikan sebagai pusat kesenian di Taman Budaya Jawa Timur.

Di era panggung komedi modern pasca-kemerdekaan, Grup lawak Srimulat menjadi salah satu kelompok lawak yang kerap menyajikan kritik sosial dalam banyak pertunjukannya. Kritik sosial ini dahulu juga menjadi bagian dari Dagelan Mataram, yang menjadi inspirasi pertunjukan humor yang disajikan oleh kelompok yang didirikan oleh pasangan suami istri Teguh Slamet Rahardjo dan Raden Ayu Sri Mulat ini.

Selain kritik sosial, Dagelan Mataram kerap mengisahkan penderitaan rakyat, kemiskinan, penipuan, penindasan, tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat, percintaan, sesuatu yang irasional, folklor, dan mistisisme.

Pada medio dekade 70-an, pemerintahan Orde Baru yang kian mencapai kejayaannya justru kembali menggugah kesadaran kalangan mahasiswa untuk mengkritisi kebijakan pemerintah yang dianggap mulai 'melenceng'.

Pada era ini, salah seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Temmy Lesanpura yang juga Kepala Program di Radio Prambors, menawari tiga orang rekannya untuk mengisi program di radio yang namanya diambil dari akronim Prambanan, Mendut, Borobudur, dan sekitarnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun