Sebuah akun shitposting tentang sepak bola di Facebook pun mengunggah screen capture salah satu berita tentang seruan Erick Thohir tersebut. Unggahan tersebut pun ramai dikomentari oleh warganet.
Ya, mungkin kalau yang lain yang jadi pak erik di ganti jadi berubah lagi dari awal. Komentar salah satu netizen.
Ente kan yang jadi ketuanya masa tergantung presiden. Lantas sebagai ketua ente ngapain. Ujar netizen yang lain.
Gw lebih percaya Lionel Messi lahir di Garut daripada percaya Prabowo bisa bawa Perubahan buat timnas. Ujar warganet yang lainnya. Sarkastis.
Baiklah, sepak bola dan politik masih merupakan dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Setidaknya sampai dengan saat ini. Pernyataan Ketua Umum PSSI Erick Thohir di atas, menegaskan hal tersebut.
Sebelumnya, Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan juga melontarkan janji akan membangun hingga 10 stadion bertaraf internasional jika terpilih kelak. Rencana pembangunan tersebut mengacu pada keberhasilannya membangun Jakarta International Stadium (JIS) saat ia menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017 -- 2022 lalu.
Pernyataan tersebut disampaikan Anies pada acara Desak Anies di Banjarmasin. Kota yang menjadi homebase klub sepak bola PS Barito Putera.
Sementara itu, kalangan suporter Persis Solo yang tergabung dalam Relawan Ganjar-Mahfud MD SakJose (Gamas) Solo Raya, pada akhir November tahun lalu mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 3 itu di ajang Pilpres 2024.
Deklarasi yang dihadiri sekitar 500 perwakilan organ suporter Persis Solo itu digelar di Rumah Relawan Gamas, di Jalan Adi Sucipto, Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Ya, sepak bola, sebagai sebuah entitas dalam olah raga, disebut akan menjadi rusak kemurnian ruhnya sebagai sebuah pertandingan olah raga, jika  terdapat unsur politik yang mewarnainya. Namun di sisi lain, menghilangkan politisasi dalam sepak bola hanya akan menjadi usaha yang sia-sia, khususnya di Indonesia.
Hal ini disebabkan eksistensi klub sepak bola saat ini, dan suporter yang menjadi fondasi di belakangnya, tidak berangkat dari ruang vakum tanpa nilai, namun memiliki sejarah yang panjang sebagai sebuah perkumpulan.