Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bunuh Diri Lee Sun Kyun dan Cancel Culture di Korea

31 Desember 2023   17:29 Diperbarui: 31 Desember 2023   17:39 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana jelang pemakaman jenazah aktor Lee Sun Kyun di Gwangju, Korea. (Sumber foto: BBC)

Jagad hiburan Korea Selatan-dan juga dunia-pekan ini diwarnai dengan kematian aktor senior Lee Sun Kyun. Ia ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia di mobilnya yang terparkir di sebuah kawasan parkir di Seoul, pada hari Rabu 27 Desember lalu.

Dugaan sementara, Lee meninggal dunia usai menghirup asap briket arang yang berbahaya. Briket arang itu diduga sengaja dihidupkan sang aktor di dalam mobil, dan ditemukan masih menyala saat petugas tiba.

Penemuan jenazah Lee Sun Kyun usai diduga bunuh diri, juga seiring dengan laporan sang istri-yang juga aktris-Jeon Hye Jin, yang mengatakan dalam laporannya kepada polisi, sang suami meninggalkan rumah sejak sehari sebelumnya.

Dan seperti dalam sejumlah kasus bunuh diri lainnya, meninggalnya Lee Sun Kyun juga disinyalir berkaitan dengan rasa depresi yang dialami sang pelaku.

Jeon Hye Jin mengatakan, di hari ditemukannya jenazah suaminya pasca diduga bunuh diri, ia menemukan sepucuk surat wasiat yang ditinggalkan Lee, yang berbentuk semacam sebuah memo.

Sejumlah warta menyebut,meskipun tak banyak yang diungkap dalam memo tersebut, namun secara jelas Lee menuliskan kata-kata "Tidak ada jalan lain" dan "Saya pikir ini adalah satu-satunya cara".


Dengan kata-kata yang ditulis dalam surat wasiat tersebut, tentu tak mungkin untuk tidak mengaitkan tindakan bunuh diri Lee Sun Kyun, dengan kasus dugaan penyalahgunaan narkoba, yang membelitnya menjelang penghujung hidupnya.  

Dalam surat tersebut, Lee meminta maaf pada keluarga dan agensi yang menaunginya, karena kasus narkoba yang menimpanya membawa keluarga dan agensi dalam situasi kurang menguntungkan.

Tak hanya beban psikis yang diderita keluarga, pihak agensi juga terseret dampak dari kasus narkoba Lee, karena harus menanggung beban penalti iklan dan film. 

HODU&U Entertainment, perusahaan agensi Lee, harus membayar penalti hingga sebesar 10 miliar won, usai penyelidikan terhadap kasus narkoba yang menjerat Lee Sun Kyun yang menyebabkan sejumlah kontrak kerja tertunda.

Usai kematian Lee, sejumlah proyek film dan karya seni lainnya-termasuk yang melibatkan Jeon Hye Jin-menjadi tertunda perilisannya. Dan belum dipastikan kapan masa penundaan tersebut akan berakhir.

Yang menarik, dalam penyelidikan polisi semasa hidupnya, Lee berulang kali membantah bahwa ia sengaja mengkonsumi obat-obatan terlarang. Dalam sebuah pengakuan, Lee menyebut dirinya dijebak oleh seorang wanita pemilik sebuah bar dan tempat hiburan mewah, dan mengira bahwa yang dikonsumsinya adalah obat tidur.

Lee bahkan mempersilakan kepolisian menggunakan detektor kebohongan untuk membuktikan kebenaran ucapannya. Karena di sisi lain, sang wanita pemilik bar dikabarkan menyebut Lee mengetahui dan sadar bahwa yang dikonsumsinya adalah zat terlarang.

Akan tetapi,  menjelang akhir hidupnya, Lee telah melakukan uji narkoba di Layanan Forensik Nasional Korea. Dan hasilnya, aktor berusia 48 tahun ini dinyatakan negatif narkoba.

Namun disinformasi soal penyalahgunaan narkoba ini, nyatanya telah terlanjur menghadirkan masalah demi masalah yang merugikan bagi Lee Sun Kyun, keluarganya, serta pihak-pihak yang bekerja sama dengannya. Baik kerugian moril maupun materil seperti yang disebutkan di atas.

Belum lagi potensi ia terkena cancel culture jika tetap hidup, yang kita kenal selama ini sangat kuat berlaku di industri hiburan Korea. Dan kerugian materil yang dialami agennya itu, merupakan bagian dari cancel culture yang sudah diterima oleh Lee.

Bahkan ketika saya membaca berita tentang kematiannya, saya seorang kawan saya yang ikut nimbrung membaca berita ikut berkomentar "Ooh, itu aktor Korea yang narkoba itu kan?" Saya pun menjawabnya "Terakhir dia nggak terbukti mengkonsumsi, kok,".

Seperti diketahui, cancel culture alias bentuk lain dari pemboikotan, merupakan salah satu budaya yang masih kuat dalam jagad selebritas di Korea. Umumnya, cancel culture berlaku pada selebritas yang pernah melakukan tindakan negatif, seperti perundungan, mabuk, pelecehan seksual, aborsi, dan penggunaan obat-obat terlarang.

Sejumlah pesohor Korea Selatan yang pernah merasakan ganasnya dampak cancel culture, antara lain Kangin Super Junior yang pernah terlibat dalam kecelakaan mobil akibat pengaruh alkohol, Chen EXO yang kekasihnya hamil sebelum menikah, hingga Jimin BTS yang pernah mengenakan seragam tentara Jepang di masa penjajahan sehingga dianggap membuka luka lama warga Korea Selatan.

Mengutip Korea Times, Sosiolog Universitas Kyung Hee, Song Jae Ryong menyatakan bahwa selebriti Korea adalah korban ekspektasi tinggi masyarakat kolektif yang menjunjung kepatuhan dan konformitas. Berbeda dengan budaya di barat, menjadi berbeda bukanlah sesuatu yang disukai mayoritas penduduk Korea.

Masyarakat pun menaruh harapan tinggi kepada figur publik. Dan cenderung menjadi kurang toleran atas kesalahan moral atau etika yang dilakukan.

Pengamat Budaya Kim Hern Sik, mengamini hal tersebut, dengan menyatakan bagaimana struktur sosial kolektif masyarakat Korea Selatan memposisikan standar moral di atas privasi perorangan. Maka, figur publik harus tunduk pada kode etik dan norma yang ketat.

Dengan struktur media terpusat di Negeri Ginseng itu, begitu ada beberapa media mengangkat suatu permasalahan, khususnya yang menyangkut selebritis, maka berita itu akan menyebar cepat dan segera berdampak besar.

Media sosial dalam hal ini pun berperan mempercepat penyebaran rumor dan skandal. Dan kecenderungan orang Korea berkumpul dalam kelompok terlihat saat mereka merespons skandal figur publik lewat media sosial.

Pada akhirnya, cancel culture ini pun bak pedang bermata dua. Di satu sisi, selebriti Korea Selatan yang menganggap serius budaya ini, berusaha menjaga sikap dan perilaku sebaik mungkin mengingat dampak sosialnya pun juga besar.

Namun di sisi lain, akan sulit bagi selebritis yang nama dan karirnya sudah terlanjur tercemar oleh sebuah peristiwa negatif. Meskipun belum tentu tindakan negatif dilakukan oleh sang selebritis.

Meski demikian, ada pula sejumlah selebritis yang pada akhirnya bisa bangkit kembali dan mendapat kesempatan kedua untuk berkarir di dunia hiburan, usai tuduhan tindakan negatif tak terbukti pada dirinya.

Di sinilah, saya bersyukur, cancel culture di Indonesia cenderung 'angin-anginan', alias tak sekejam di Korea Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun