"Yuk yang Jakarta...siap-siap berangkat!"
Suara agen bus antar kota antar provinsi jurusan Malang -- Jakarta itu pun menyadarkan Kholil dari obrolan akrabnya dengan Rani, sang kekasih yang siang itu mengantarnya ke garasi bus berwarna hijau muda itu di kawasan Jalan Pattimura, Malang.
"Inget ya mas. Meski mas Kholil udah di Jakarta. Jangan malas hubungin aku lho yaa...supaya aku bisa tetap tau kabarmu di Jakarta" ujar Rani setengah manja.
"Ya pastilah. Kan aku pasti bakal kangen sama kamu. Aku juga ke Jakarta demi masa depan kita lhooo..." Kholil menjawab lirih permintaan sang pujaan hati.
Sejurus kemudian. Kholil pun menaiki bus AKAP yang akan mengantarkannya menuju ibu kota. Ia pun masih sempat melambaikan tangan pada Rani, sebelum benar-benar hilang dari pandangannya.
Bagi Kholil, Jakarta adalah kota yang asing baginya, yang baru setahun lulus kuliah dari jurusan akuntansi di sebuah universitas negeri di Surabaya. Ia memang berasal dari keluarga miskin. Namun otak cerdasnya semasa sekolah menjadikannya mendapat beasiswa menempuh pendidikan di jurusan yang diinginkannya sejak dahulu.
Kholil beranggapan, lulusan fakultas ekonomi tentu akan mudah mendapatkan pekerjaan. Karena di manapun lulusan fakultas ekonomi umumnya dan akuntansi khsusunya, dibutuhkan oleh korporasi untuk ditempatkan di bagian keuangan.
Adapun Rani, merupakan adik kelasnya semasa kuliah dahulu. Alasan mereka berpacaran sebenarnya simpel: berasal dari kota yang sama, Malang. Jadi ibarat pepatah sambil menyelam minum air, sambil pulang ke kota asal berpacaran sepanjang jalan kenangan.
Meski belum memiliki pekerjaan tetap, namun Kholil memasang target akan menikahi Rani jika ia sudah diangkat sebagai pegawai tetap, di perusahaan tempat ia melamar kerja saat ini.
Menjelang Idul Fitri lalu, sebuah surat elektronik masuk ke alamat Kholil, yang menyatakan lamarannya ke sebuah perusahan logistik diterima, dan perusahaan itu pun berencana melakukan tes lanjutan untuk Kholil.
Kholil tak memiliki sanak saudara maupun kerabat di ibukota. Bahkan sepanjang hidupnya, pergi ke Jakarta pun hanya tiga kali. Itupun bersama saudaranya yang mengunjungi kawannya di Jakarta.