Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Kemerdekaan Para Milenial

6 Agustus 2021   07:30 Diperbarui: 6 Agustus 2021   07:35 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi Kemerdekaan Para Milenial

Hai Pahlawan,

Kami baca sejarah,

Kalian begitu berani,

Berjuang demi ibu pertiwi.

Relakan korban harta dan nyawa,

Demi merebut kemerdekaan.

Hai Pahlawan,

Kami tonton film perjuangan

Yang diadakan disekolah,

Begitu perkasanya dirimu

Yag berani bertempur

Diantara desingan peluru

Dan hanya bersenjata bambu.

Sudah 76 tahun kisah itu berlalu,

Setiap tahun selalu jadi

Acara seremonial dilayar kaca.

Kami generasi milenial,

Katanya disuruh mengisi kegiatan,

Untuk lanjutkan perjuangan kalian.

Kami latihan bertempur lho,

Lewat permainan game on-line.

Bagaimana menghabiskan musuh,

Dan bertempur dengan sungguh.

Bahkan kami korbankan uang jajan,

Demi pulsa agar permainan dilanjutkan.

Kami generasi milenial,

Diajarkan tentang pekik kemerdekaan.

Kami juga berteriak lho,

Dalam acara musik cadas

Saat ada panggung hiburan.

Teriakan kami bahkan lebih lantang.

Tapi kenapa kami disalahkan?

Saat kami bertarung dengan musuh sesungguhnya,

Dalam acara tawuran sekolah,

Justru kami dihukum guru pembina.

Padahal kami berjuang untuk melawan,

Karena mereka melecehkan sekolah kami,

Karena mereka mengejek teman kami.

Bukankah itu perjuangan

Untuk pertahankan nama sekolah kami,

Seperti kalian berjuang,

Pertahankan harga diri bumi pertiwi.

Tapi mengapa kami disalahkan?

Kami dinasehati oleh guru dan orang tua kami,

Untuk selalu belajar yang rajin,

Agar kelak menjadi pintar

Dan berguna bagi bangsa dan negara.

Kami sudah rajin belajar,

Untuk pintar hanya

satu hingga tiga rankingnya.

Tak mungkin semua bisa juara.

Kalau pintar bisa jadi pemimpin negeri ini,

Tapi kami lihat para pemimpin

Tak semua orang pintar disekolahnya.

Yang pintar cuma jadi guru atau dosen saja.

Kalau pintar bisa sukses jadi pengusaha,

Tapi kami lihat para pengusaha,

Banyak yang drop out atau tidka sekolah,

Yang pintar cuma jadi karyawan atau manajer saja.

Kenapa kami disalahkan?

Percayakan kepada kami,

Mengisi kegiatan negeri dengan

Cara kami sendiri.

Kami juga belajar koq,

Tentang kesuksesan negeri lain,

Namun kenapa kalian

Memaksa dengan cara kalian sendiri.

Yakinlah negara ini tak kan hancur,

Seperti yang kalian ributkan.

Kebebasan kami berekspresi,

Kalian bilang hanya pesta pora saja.

Paham gak sih..

Siapa yang bisa pengaruhi

Kebijakan kalian?.

Lewat dunia maya,

Kami bisa habisi kalian.

Karena kami tak suka basa-basi,

Tak suka tata birokrasi,

Rasa sungkan atau hormat fantasi.

Dianggap melawan,

Jika tak taati aturan,

Padahal sudah usang dilapuk jaman.

Bisnis kami dalam digital  dan dunia maya,

Agar tak tersentuh kebijakan kalian.

Kami ciptakan sendiri aturan.

Tak ada yang dirugikan,

Tak ada uang siluman

Biarlah kami bangun negeri ini,

Dengan cara kami sendiri.

Karena ibu pertiwi kalian,

Berbeda dengan ibu pertiwi kami.

Salam hormat,

Generasi Milenial.

#TerlihatBengalTakSukaFormal#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun