Meski mungkin terlalu jauh, tapi saya yakin kejadian pagi ini ada kaitannya dengan pilihan hidup (termasuk style) dan konsekuensi-konsekuensinya. Setiap pilihan hidup ada konsekuensi yang harus diterima, termasuk gaya rambut gondrong ini juga ada konsekuensinya. Dalam hal Prof.Yudian dan tidak diperkenankannya saya masuk ke ruangan beliau karena rambut saya gondrong, saya tidak kemudian men-judge beliau diskriminatif apalagi menyebutnya picik. Disinilah kondisi dimana saya harus mampu menghormati prinsip beliau sebagai orang lain yang tentu memiliki prinsip dan style lain yang berbeda dengan saya.
Kini, sepertinya saya sudah harus mempersiapkan lagu perpisahan dengan si rambut, saya lebih butuh panjangnya waktu sharing dengan Sang Profesor daripada panjangnya rambut di kepala ini, saat ini. Meski agak lebay, tapi saya memang butuh pertemuan-pertemuan berikutnya dengan beliau. Tak cukup jika melalui teman sebagai wakil. Selain demi suksesnya acara, barangkali beliau adalah salah jalan meraih mimpi selama ini, studi di luar negeri.
Tak apalah usia rambut gondrong ini kuakhiri
Asalkan mimpi dapat tercapai dan hidup mampu kusyukuri
Dan lagu perpisahan itu pun mulai terngiang-ngiang di telinga ini…. _.