Pria berusia 23 tahun itu bernama Reza. Dia adalah tetangga dekatku, tempat tinggalnya hanya terhalang satu rumah dari tempat tinggal ku. Reza adalah saudara teman sekolahku, Nita namanya. Dia tinggal bersama bibinya semenjak kedua orang tuanya sama sama pergi kerja ke Malaysia.Â
Aku tidak bermaksud memuji secara berlebihan, tapi memang secara fisik Reza adalah pria yang tampan.
Reza memiliki wajah yang tampan, hidungnya mancung seperti hidungnya artis India Hrithik Roshan, kulitnya putih, saking putihnya ketika Reza habis berolah raga sepak bola di bawah panasnya sinar matahari, kulit wajahnya bukannya berubah hitam tapi berubah menjadi putih kemerah merahan. Namun yang sering kali jadi obrolan para gadis di desa tentang fisiknya Reza adalah bola mata dan gigi serinya. Menggemaskan.Â
Akan tetapi, di zaman sekarang, ketampanan seorang lelaki belum dikatakan cukup untuk berpacaran bila  belum mapan dalam ekonomi. Kata orang tua di desa sering berkata, "Cinta tidak bisa memberi minum, makan dan pakaian. Daging manusia juga tidak enak dimakan"
Kegiatan sehari harinya tidak begitu mengesankan. Dimulai dengan bangun pagi, setelah bersih bersih kamar dan halaman rumah lalu sarapan. Berbeda dengan Reza, di saat pemuda yang lain berangkat kerja ke pasar, ada pula yang ke bengkel, ada pula yang ke sawah, Reza malah asyik dengan ayam jago dan burung Pipit peliharaannya satu satunya.Â
Sering kali aku melihat ketika hendak berangkat sekolah atau ketika kebetulan aku sedang nyapu di luar halaman Rumah, Reza terlihat sedang asyik memandikan ayam jago dan burung Pipit peliharaannya itu. Lucunya dia sendiri belum mandi bahkan kadang penampilannya masih acak acakan dengan mata masih terlihat merah dan mulutnya terbuka lebar menguap.Â
Meskipun tampan, Reza kerap kali dianggap pengangguran muda. Tampan Tapi Pengangguran dan pemalas, begitu umpatan para lelaki seusianya. Padahal kenyataannya tidaklah seperti itu.Â
"Reza bukanlah pria pengangguran dan pemalas. Bukan juga pria yang lebih mementingkan Hobi memelihara hewan peliharaan dibanding mencari kerja dan berkarir. Dia hanya bingung" Begitulah tutur ibuku saat menasehati ku agar tidak ikut ikutan mengumpat Reza
Kata ibuku, Reza pernah mengeluh kepadanya ketika disuruh membantu mengangkat lemari dan rak buku pada saat beres beres rumah. Reza juga berkata kepada ibuku bahwa dirinya bukanlah pengangguran dan pemalas sebagaimana yang sering dikatakan oleh teman temannya.
"Reza bukan lelaki pengangguran dan pemalas seperti yang sering di umpat pemuda di desa. Dia hanya bingung dengan kenyataan yang ada. Reza sering melamar kerja, memasukan surat lamaran kerja ke setiap toko dan pabrik yang ada di Kota Garut dan Bandung. Tapi, nasibnya belum beruntung" Tutur ibuku
"Maksud dari nasibnya belum beruntung itu  apakah tidak diterima surat lamaran kerjanya?" Aku bertanya pada ibuÂ
"Salah satunya itu. Reza sudah enam kali memasukan surat lamaran kerja ke setiap Toko dan Pabrik. Lima kali surat lamarannya ditolak, yang satu lagi diterima tapi harus ada uang admin biar bisa masuk kerja sedangkan Reza sudah tidak punya uang lagi" Jawab Ibu menjelaskan
"Reza sudah malu meminta dan meminjam uang ke bibinya hanya untuk ngurus ngurus surat persyaratan kerja tapi akhirnya ditolak, apalagi biaya uang admin yang tidak sedikit" Ucap ibu
"Ya, Aku mengerti. Memang kalau melihat berita dan postingan teman teman di media sosial, syarat kerja kadang aneh aneh" ucapku
"Jadi setiap malam Reza bergadang bukan karena dia pria pemalas dan pengangguran, tapi dia sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Mencari solusi dan jalan keluar untuk masalah hidupnya. Terkadang warga di desa kita ini berbicara hanya dari apa yang mereka lihat. Berani menilai hanya bermodal dugaan semata. Kamu jangan seperti itu." Ucap ibu dengan nada nasihat
"Siap laksanakan" aku berkata penuh semangat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI